Friday, April 9, 2021

Akhirnya




Stanisa.

Malam itu, pertama kali kita saling menatap

Bercengkrama di sebuah kedai kopi yang tak begitu ramai.

Seakan hanya kita berdua saja yang boleh duduk disana, orang lain tidak boleh.

Tiba-tiba, jantung berdetak begitu cepat

Tangan begitu dingin, ketika kamu melempar senyuman dan memulai obrolan di waktu itu.

"Kita sudah lama tidak bersua, ya. Terakhir saat awal-awal kuliah, itu pun hanya sekedar saling menyapa" katanya.

"Iya sudah lama juga ya hehe" jawabku sedikit gugup

Ketika suasana menjadi hening, sedikit ada rasa canggung diantara kita.

Kita saling melempar senyum namun tak pernah berkata.

Saat berbicara, aku tidak sanggup menatap kedua matanya.

Tapi, tiba-tiba seakan ada yang terus membisikanku.

"Ayolah tatap matanya, kapan lagi kamu bisa melihat salah satu karya terbaik Sang Pencipta tepat berada di depan kamu, Nis".

Akhirnya, aku berani menatap kedua matanya, dan memang benar mengagumi mu adalah sebuah anugerah yang Tuhan berikan.

Mengagumi dalam diam, diam dalam harapan.

Meski jarak dan waktu pernah memisahkan, tapi perasaan ini tidak berubah masih tetap sama.

Mungkin, kita sama-sama tau. Tapi tidak ada yang berani untuk memulai.

Beberapa hal memang lebih baik tetap berada di fase untuk sekedar dikagumi, bukan untuk dimiliki.

Pada akhirnya, aku hanya bisa bersembunyi sambil mengagumi.

Sampai bertemu di titik terbaik menurut takdir, ya.