Saturday, June 27, 2020

Ikat Aku di Tulang Belikatmu




Derry Haudin.


Menetaplah lebih lama
Dari matahari
Akan kekal semua bahagia
Dalam rangkum adanya rupamu
Dengan cerdiknya siasat kita
Kan larung semua perasaan yang jahat

Ikat aku di tulang belikatmu
Biar kurebah dan teduh
Sambil dengar ceritamu, ceritaku
Tentang bagaimana kutemukan
Rasi bintang di matamu
Agar aku tau kemana
Aku harus pulang

Kamu





Surya sudah terlelap.
Terang sudah tergelap. 
Menjelma sesosok kesunyian bernama malam.
Malamku biru;
Biru laksana renjana;
Renjana yang memenuhi pusat hati.
Hati yang ingin sekali mendapatkanmu.
Dan sekali lagi, sesosok bidadari mengusik sunyi hutan;
Pun mengusik riak laut.
Hey! Darimana datangnya dirimu?
Apakah kau ingin bersamaku?
Apakah kau ingin milikiku?
Lalu, mencintai dirimu hanya dalam kalbu.
Aku mencintai dirimu, sungguh.
Kau mencintai diriku, sialnya hanya bayangan.
Diamlah kau yang membuat ku terdiam;
Terdiam tanpa suara, tanpa aksara.
Dentum meteorit terdengar hingga dasar kalbu;
Yang menjelma menjadi sesosok kau.
Afeksi meracuni seluruh tubuh dan nurani.
Semoga kau juga.

Tuesday, June 23, 2020

Potret Berbeda






Kopi tak lagi diseduh
Rasa bukan lagi menjadi rangkaian kata
Residu malah menyeruak ke dalam dada
Namun, waktu terus bergulir melaluimu
Dan aku bukan lagi menjadi pusat semestamu

Mulut berkata bukan apa-apa
Tapi hati merasa sebuh potret berbeda
Ego siapa yang memulai?
Aku kira itu sebuah hal kecil saja

Ok, bersikap saja semaumu
Mungkin taakan ada lagi
Mungkin cuman sekedar mengisi waktu luang
Atau cukup cakrawala menjawab
Seharusnya bersua lebih pagi

Tuesday, June 16, 2020

Bacalah, Jika Kamu Sempat





Vv.

Ternyata, sudah cukup lama setelah semuanya berakhir, tapi, kamu lihat? Aku masih sendiri. Rasanya, semuanya sudah cukup ada di kamu yang akhirnya aku enggan memulai lagi. Aku salah ya? Tetap menyimpan kamu di hati, maksud nya, aku memang tidak ingin berusaha keras untuk menghapus kamu, biar saja urusan waktu. Tapi, waktu berjalan semakin lambat, sampai akhirnya aku kewalahan. Tunggu, sedikit lagi.. sebentar lagi.. sampai nanti waktunya, hati ini siap berganti penghuni.

Sebetulnya cukup untuk tau kamu akan selalu baik-baik saja dengan pilihanmu itu, karna kamu selalu begitu, selalu benar setiap ambil keputusan. Sangat disayangkan kita berakhir seperti ini. Dan, aku sangat sadar, kamu berhak melanjutkan hidup dengan tenang tanpa gangguan dari aku sebagai masa lalu kamu. Dan aku-pun berhak melanjutkan mimpi-mimpiku tanpa kamu dengan perasaan lapang.

Sungguh, aku memang tidak tahu diri untuk mengharap semua kembali seperti dulu. Tapi, sejauh ini aku berusaha untuk mengikuti semua katamu agar bisa melepaskan seutuhnya bayangan tentang kamu, dan angan tentang kita. Sulit sekali, kamupun tahu-kan?

Tunggu, aku dengar, penggantiku bisa membuat kamu menikmati kota Bandung lebih indah, ya? Dia bisa menemanimu berkeliling dan tertawa diatas motor berdua. Syukurlah dia lebih baik dari semua upayaku saat menemanimu bertahun-tahun lamanya.

Rasanya, kita perlu waktu agar tidak saling benci atas semua yang sudah terjadi pada kita yang pernah saling menyayangi, sebelum akhirnya Tuhan membalikan hatimu sebegitu cepatnya yang membuatku harus beradaptasi sendirian.

Lewat tulisan ini, aku hanya ingin mengucapkan lagi-lagi maaf untuk salahku terdahulu serta keberadaanku yang sulit kamu temui, berkat kamu, aku menyadari bahwa pada akhirnya kita telah gagal melawan jarak di tahun ke-empat. Memeluk rindu tanpa raga, luar biasa rasanya.

Dengan siapapun kamu nantinya, dan jika saat ini kamu sudah bahagia, sumpah, aku turut bahagia. Kamu berhak atas itu, Aku akan mengenang kamu sebagai manusia baik yang mau berjuang sangat dalam untuk manusia setidak sempurna aku. Selamat melanjutkan hidup. Semoga, jika Tuhan berkenan, kita akan kembali merasakan rindu tanpa harus berusaha bersusah payah, seperti aku sekarang.

Friday, June 12, 2020

Menalar Tuhan Katanya



Tuhan, sebuah nama yang selalu di agungkan.
Kita mempertanyakanya? Kita menalarkanya?
Tidak, kita tak perlu menalarnya, karena ia benarlah ada.
Tuhan, sebuah nama yang masih saja diragukan.
Lantas jika ia tak ada, siapa pencipta manusia?

Semua tak habis pikir berbicara teori evolusi, yang tak berlandaskan bagiku.
Sang teoritis berkata manusia berevolusi dari kera.
Ah bohong, Darwin tak pernah membuktikanya.
Lalu apakah kita masih perlu tahu siapa Tuhan?

Apakah engkau pernah menduduki sebuah kursi?
Apakah engkau harus tahu si pencipta kursi itu, baru engkau duduki?
Tidak.
Dan apakah engkau pernah mempermasalahkan uang?
Padahal engkau tak tahu penciptanya, dan engkau tetap menggunakanya.
Jadi pantaskah kita menalarkannya?
Tidak, kita tak perlu memikirkan itu.
Lakukan saja perintah dan ajaran-Nya.
Dengan begitu, engkau akan berasa selalu dekat denga-Nya.

Cerita Setelah Akhir


Uswah Farha & Beranda Teras

Tak lekang dimakan usia dari waktu yang bergulir melaluimu.
Hingga satu waktu, Susana mulai berbeda.
Perjalanan dan perpisahan kian berarti setelah tak bersama lagi.
Pengajaran dan pelarian adalah dua kata yang kini melekat.
Dikala mencoba mengejar bayangmu, namun berlarian menghindari kenangan yang lalu.

Diammu adalah tanya.
Tangismu adalah bencana.
Tawamu adalah anugerah.
Dan kepergianmu adalah duka yang akan ditenteng selalu.
Tersendak-tersendak di sepanjang perjalanan, kambuh, pulih, dan tetap tak pulang.

Siklus?
Benar, itu yang terjadi berulang-ulang.
Mencoba baik-baik saja ialah topeng paling menarik untuk saat ini, dalam menyimpan rasa, dalam luka yang amat rumit

Tidak perlu diungkap luka yang seperti apa
Ini hanya lah tentang waktu saja untuk bisa menyembuhkan kembali luka itu
Memang awal rasa yang sulit
Tuk terlihat baik-baik saja
Tak perlu kamu tanya mengapa
Seharusnya kamu tau kenapa
Tak perlu kamu tanya alasan
Sewajarnya kamu tau mengapa demikian.

Hanya butuh objek tuk perlu bertahan
Dengan kesendirian


di Paksa Bungkam




Stanisa.

Patah yang terlanjur rapuh
Sakit yang terlanjur mendalam
Dipaksa bungkam oleh keadaan
Aku merasa takut dengan banyak hal
Aku merasa khawatir dengan banyak hal
Aku sering merasakan kesedihan di malam hari
Tidur harusnya membutuhkan ketenangan, sedangkan aku tidak memilikinya
Permintaan maaf yang sering diucap, seolah tak ada makna

Sakit ini masih membekas
Luka ini belum kering, kadang kambuh kadang juga sembuh hingga membuat aku jatuh berulang kali
Lama, mungkin akan membutuhkan proses panjang untuk benar-benar menunggu luka ini kering.

Aku melupakan bagaimana bahagia dengan cara sederhana
Aku melupakan bagaimana mudahnya menangis ketika merasa sedih, tertekan atau marah.
Aku sering menahan semuanya.
Dan berakhir depresi di malam hari.

Rasanya ingin lari dari semua masalah.
Tapi aku sadar lari dari masalah tidak akan menyelesaikan apa-apa
Aku merindukan senyuman tulusku ketika masih kecil
Kemana sekarang ? Mungkin sudah direnggut oleh keadaan yang memaksa aku harus bungkam.

Aku tau, ini bukan aku yang mereka kenal.
Maka, tolong bantu carikan aku yang sebenarnya. Dimana? Apa aku yang selama ini mereka kenal bersembunyi dibalik kekacauan yang terjadi sehingga dipaksa untuk bungkam?

Aku seperti kosong, hilang makna dan penuh ketakutan.
Sekarang, hanya ada dua pilihan dipaksa menyerah oleh keadaan? Atau harus kuat agar tidak mudah menyerah oleh keadaan.



Thursday, June 11, 2020

Tentang Rindu


Beranda Teras

Tentang Rindu yang tak bertemu Tuannya
Juga rasa yang tak akan kembali ke hulu
Hanya terbawa arus, bermuara pada lautan kenangan.

Terlintas sosok lalu yang masih berlalu lalang
Menghantui ingatan, tak pergi
malah memaksa masuk bahkan melampaui mimpi
rasa yang tak karu, seperti memberontak membakar semak

Tak perlu berucap berulang kali
Bahwa kau adalah salah satu pemeran penting dalam hidup
Yang begitu amat berpengaruh
Hingga kini, aku menjadi salah satu buih dalam kehidupan
Tapi, entah mengapa berpisah adalah cara terbaik untuk kita

Aku tak tahu apa arti dari rencana-Nya
Yang pasti kini,
Aku tak bisa lagi mengucap rindu langsung padamu
Memang berat bagiku,
Tapi entahlah denganmu
Satu hal yang pasti,
Dirimu masih terselip dalam doa dan ingatan.






Wednesday, June 10, 2020

Sudah Merelakan




Dalam pergerakan waktu yang terus maju
Dalam rasa yang diam dan meledak-ledak
Aku berdiam disini hanya ingin kamu ada.

Iya, ingin kamu ada disampingku
Lekas seperti dulu bercanda gurau
Dan saling mengungkapkan rasa

Tapi, itu semua sudah tak berlaku sekarang
Sepertinya aku harus belajar pada fase dimana …
Bahwa merelakan akan lebih mudah dari pada melupakan

Jangan salahkan aku…

Ini bukan tentang siapa yang melupakan dan siapa yang merelakan
Tapi ini tentang siapa yang lebih dulu meninggalkan kemudian melupakan

Dan pada akhirnya...

Aku mulai merangkak maju untuk bisa mengikhlaskan
Dan mulai menjunjung lembaran baru
Tanpa hadirnya kamu.

Tuesday, June 9, 2020

Untukmu, Sang Peneliti Bukunya Djenar






Sore itu, memang kita berbincang seperti biasa. Penuh tanya dan rasa ingin tau yang tinggi. aku suka ketika kamu banyak melontarkan beberapa pertanyaan.

Kata kamu, “tenang aja penuliskan bisa ngembangin kalimat jadi paragraf.”
Terus kalau pertanyaanya bukan kesitu gimana?
“ya jawab aja dari teman dikenalkan, udah sedikit mengenal, dan kuliah sambil kerja.”
“Jawabku “kamu lucu, simple sekali jawabannya”

 Terus berlanjut sampai pada pertanyaan inti

“Jadi bagaimana?”
“Rhaaa.. aku udah dua kali melontarkan pertanyaan yang sama ketiga kali tidak lagi kamu respon aku pilih mundur saja. Cepet lambat itu ukuran manusia. Aku bukan orang yang sering memaksa orang lain untuk suka.”

Arghhhh... kenapa kata terakhir itu slalu terngiang padahal aku paham maksud kamu. Seharusnya aku jawab iya harusnya kita berbincang lebih lama, iya aku mau kita temu kemudian bersua, iya hapus saja akun itu kita pindah ke akun ini saja. Iya aku mau pergi makan disana. Meskipun sesaat, itu akan menimbun utuh rasa penasaranku.

Gadis kecil yang baru kamu kenal, kini masih melanjutkan dan berproses menyelesaikan tugas akhirnya hingga tuntas.

Percayalah, sekeras-kerasnya egoku, aku akan ringkih dihadapan-Nya, Jiwa yang mudah luluh dan berterus terang akan keinginan pada-Nya. Baik-baik disana. Dariku untukmu, dalam semogaku seharusnya kita bisa lebih lama bercerita.



Dari yang menuliskanmu,
Farha, Pelukis Rindu


Bandung, 2020


Kita yang Sedang Berproses




Uswah Farha & Saranis

Tidak ada proses yang sulit untuk diwujudkan,
Kitalah yang terlalu mudah menyerah
Tidak ada proses yang sulit untuk dilalui
Kitalah yang terlalu cepat mengeluh
Tidak ada proses yang sulit untuk dicapai
Kitalah yang terlalu banyak rebahan

Aku, kamu, dan mereka yang sedang berproses
Kita sama-sama sedang menikmati masa
Masa dimana kita harus berjuang
Masa dimana kita harus memilih
Masa dimana kita harus bisa menerima
Dan terkadang kita harus menghargai apa yang ada
sebelum apa yang ada itu pergi



Monday, June 8, 2020

Datang dan Pergi Semaunya!





Ini hati apa terminal?
Ini hati apa stasiun?
Ini hati apa bandara?
Ini hati apa dermaga?

Sini, duduk sebentar biar paham

Cukup! Aku sudah bosan
Hanya butuh kesadaran
Dari sebuah perjuangan
Ternyata butuh keseriusan
Dan bukan hanya keberadaan

Kamu datang, aku persilahkan.
Kamu pergi, aku ikhlaskan.
Kamu suka, tolong ungkapkan.
Kamu tidak suka, tolong hentikan.

Singkatnya, halalkan atau tinggalkan!
Jangan buat peduliku berubah menjadi kata terserah.

Hayoh loh… bingung tuh memahami seorang perempuan hehehe.





Sunday, June 7, 2020

Ketika Aku Berbicara Tentang Cinta




Maka..
Iman yang akan ada disana
Sebesar apa imanmu?
Sebesar itu pula bentuk cintamu.
Seabadi apa iman dihatimu?
Seabadi itu juga bentuk cintamu.
Yang akan bersemayam untukku

Karena,
Cinta yang didasari iman
Tidak akan habis di makan usia

Melainkan,
Akan terus tumbuh
Hingga syurga yang menjadi atap untuk keduanya

Jadi..
Siapkah untuk menghadirkan iman
Di dalam cinta kita?











Bertemu & Berpisah, Kemudian Sejarah!






Pertemuan yang manis, diantara dua manusia
Penuh asa dan cita tuk hidup bersama
Saling melempar rasa
Saling melengkapi cinta

Namun,
Pasrah akan takdir ilahi
Perpisahan yang sepi, berpisah sepihak sendiri
Menjauh mandiri

Pergi.. tanpa kembali

Hanya konseptual sejarah yang tersisa, sesekali terlintas
Sejarah terkuak dalam ingat, tak melekat utuh dalam realitas

Terbatas.. nyata, tak bebas

Bernostalgia membuka memori, kamu sang sejarah hati.
Pertemuan adalah awal sejarah yang dimulai dengan perpisahan diri.