Tuesday, December 29, 2020

Tuan, disaat aku mencintaimu

 



Tuan,

Disaat aku mencintaimu dengan cinta terbaik, bisakah kau berikan juga cinta terbaikmu?

Cinta terbaik adalah disaat kau mencintai seseorang yang membuat akhlakmu semakin baik, jiwamu semakin damai dan hatimu semakin bijak.


Dia jadi penegur saat taatmu luntur

Menjadi penasihat saat kau bermaksiat

Menjadi penyembuh saat hatimu rapuh

Dan menjadi pelipur saat semangatmu lebur

 

Tuan,

Disaat aku mencintaimu dengan utuh, bisakan kau mencintaiku dengan tidak separuh?

 

Tuan,

Beberapa orang berkata “dinikahi laki-laki kaya itu beruntung lho!” Tapi, aku pikir kaya saja tak cukup jika ia tak tau perkara agama. Uang mungkin bisa saja membuat bahagia, tapi aku yakin bahagianya tak akan lama dan hanya sementara. Cukup perkara harta bisa kita raih ketika kita telah bersama. Semakin mudah jika melakukan segala hal secara bersama. Hanya dengan dibayangkan saja indah rasanya. Tuan.

 

Sedangkan perkara agama, dia bisa menjadikanku wanita yang istimewa sehingga dimuliakan dengan cara yang luar biasa. Tujuannya membahagiakan bukan hanya perkara dunia tetapi juga akhirat.

 

Pada dasarnya cinta tidak menyengsarakan apalagi membutakan, hanya saja orang keliru antara cinta dan nafsu. Tuan.

 

Pada intinya, tidak ada yang lebih beruntung dari pada wanita yang dinikahi oleh laki-laki beriman. Dia menjaga shalatnya, menunaikan kewajibannya sebagai seorang hamba, dan menjadi tauladan bagi istri dan anaknya.

 

Tuan, aku disini masih menanti cinta terbaik itu dengan terus berbenah dan memantaskan diri agar cinta terbaik itu bisa kita wujudkan bersama-sama. Karena aku yakin bahwa kita mampu menyempurnakan dan melengkapi diantara keduanya.

 

 

Monday, December 28, 2020

Terbiasa Sendiri


Aku hanyalah sebutir debu yang berasa menjadi gurun sahara

Sepenggal bulan sabit yang berharap jadi purnama

Sebulir embun yang bermimpi menjadi telaga

Secercah cahaya yang berani untuk mencahayai bumi

 

Sekarang…

Diagnosaku jalan sebagai pendidik

Logikaku jalan sebagai manusia

Rasaku teriba sebagai sahabat

Hatiku terenyuh sebagai wanita

 

Sepi tanpa rasa, tanpa suara, tanpa kata

Sikapku jelas memang tak sempurna

Tapi, aku bukanlah mereka

Menjadi diriku, itulah aku

 

Sangat menyenangkan ketika sendiri

Sangat disayangkan jika masih sendiri

Justru terbiasa sendiri

aku mulai bisa memahami luka, sakit, dan perjuangan

Mengenal diri tentang

Apa yang aku inginkan?!

 

 

 

Saturday, September 5, 2020

Uswah dan Masa Skripsi



Waktu bulan puasa saya pernah bilang bakalan nambahin cerita di blog tentang Uswah & Masa Skripsi. Oya, sebelumnya biar lebih akrab kayaknya jangan pake sudut pandang kata saya itu terlalu formal deh wkwk. Pake kata aku aja. Ok! sip deal ya.

Skripsi merupakan tugas akhir mahasiswa berupa karya tulis ilmiah berdasarkan hasil penelitian dengan tujuan untuk memperoleh gelar sarjana dan juga tuntutan sebagai mahasiswa tingkat akhir untuk bisa menyelesaikan skripsi. Disini aku pengen cerita tentang bagaimana tugas akhir tersebut bisa tuntas dan akhirnya bisa proud to my self hingga tak pernah menyangka. Let’s begin!

Dari mulai semprop (seminar proposal) pada bulan Desember 2019 meyakinkan diri memilih fokus penelitian mengenai keterampilan mengenal huruf pada anak usia 4-5 tahun dengan menggunakan media sandpaper letters tentu saja berdasarkan hasil studi pendahuluan lewat observasi langsung ke lapangan hingga studi literature. Sandpaper letters merupakan media pembelajaran dari Maria Montessori untuk mengenalkan huruf pada anak secara konkret dimana anak dapat melihat, meraba dan merasakan pola huruf pada media tersebut. Maka, dirumuskan dengan judul awal pada seminar proposal yakni “Pengaruh Penggunaan Media Sandpaper Letters terhadap Keterampilan Mengenal Huruf pada Anak Kelompok A RA Baiturrahman” waktu itu pokoknya udah yakin banget sama diri sendiri kalau misalkan fokus penelitian ini tuh gaakan berubah sampai nanti skripsi! Karena kan seminar proposal itu baru bentuk pengajuan proposal skripsi aja dan isinya pun hanya BAB I – BAB III guys.

Pada saat seminar proposal diuji oleh DPS (Dewan Pertimbangan Skripsi) dan Dospem (Dosen Pembimbing). Istikharah Nurzaman, M.Pd., Taopik Rahman, M.Pd. dan Dr. Dian Indihadi, M.Pd beliaulah orang-orangnya. alhamdullilah banget hasil dari seminar tidak begitu banyak revisi hanya mendapatkan beberapa saran bahwa aku tuh harus kaji ulang rumusan masalah, kaji ulang desain penelitian, kaji ulang instrumen, pertajam fokus penelitian, rumuskan prosedur, rumuskan bahan ajar, hingga harus merumuskan pada deskriptor dan indikator untuk instrumen penelitian. Itu artinya proposal saya diterima namun harus dipoles saja ditambahkan beberapa point diatas. Betul tidak? Hehe. Jadi keyakinan diri untuk fokus penelitian dari seminar sampai skripsi tidak mau berubah langkah demi langkah terwujud.

Setelah melewati seminar proposal, aku mulai mengerjakan hasil saran dari ketiga Dosen tersebut. Dengan rasa juang dan semangat yang tinggi akhirnya selesai dan bisa bimbingan dengan dua Dosen Pembimbing. Pembimbing I Dr. Dian Indihadi, M.Pd. dan Pembimbing II Taopik Rahman, M.Pd. merekalah yang memberikan arahan dan bimbingan padaku sungguh terhura dan terharu. Selama bimbingan skripsi ada aja dramanya, ya walaupun ga seindah drama korea nikmati aja! Itu kalimat yang terus aku pegang. Please guys! Skripsian ga sereceh itu. Siapa sih yang ga pengen lulus cepet? Siapa sih yang ga pengen ikut sidang skripsi cepet? Siapa sih yang ga pengen di ACC cepet? Setiap orang progresnya berbeda, masalahnya berbeda, judul skripsinya juga berbeda-beda. Dosen pembimbingnya juga beda. Ingat ya!

Well, singkat cerita aku slalu push my self bahwa diri ini tuh mampu. Oya mengenai Dosen pembimbingnya beda tentu saja cara membimbing dan memberikan pendapat serta saran pun beda. Tapi sebisa mungkin kita harus bisa jadi penengah diantara keduanya. But, alhamdullilah banget untuk kedua Dosen Pembimbingku tidak begitu bertolak belakang mengenai arahan. Ehh.. ditengah-tengah perjalanan skripsi bimbingan dengan Dosen pembimbing 1 mulai abstrack tau ga kalo diceritain mah kayak diajak keliling kota dulu. Gini nih contohnya yang dibahas itukan mengenai bahan ajar dan instrument ya intinya mah biar segera di validasi dan segera mengambil data ke lapangan dan lanjut untuk BAB VI dan V. Emang sih awal-awal masih nyambung membahas progresanku suddenly disuruh gini katanya “Ok! silakan kerjakan. Sederhanakan nalar anda, bayangkan penelitian ini seperti anda berbelanja untuk bahan pembuatan sayur sop. Ok! buatkan daftar belanjaanya.” Hah?! Mata melohok melihat teks pesan singkat tersebut. Guys tau ga mikirin itu sampai dua hari dua malam maksudnya apa gak paham seriusan:( yaudah deh beranikan diri untuk bertanya “maksudnya bagaimana pak?” dan apa balasannya beliau membalas “kerjakan dahulu itu!” hah lagi? “apakah bapak bisa memberikan contohnya?” beliau membalas lagi “baca dan pahami, lalu kerjakan itu.” ……………. Diam seribu bahasa.

Hmm mulai panik… Ya Allah tolong Ya Allah dalam hati Ya Allah. Pada siapa lagi meminta pertolongan selain pada Allah yang memegang kendali hati. Ya Allah lembutkanlah hatinya. Ga ngerti Ya Allah maksudnya apa belanjaan sayur sop teh apa? Curhat ke Allah. Curhat juga sama temen-temen seperbimbingan. Alhamdullilah ada partner skripsian tersantuy namanya Itsnaeni Aridha Rahmah, panggilanya Ridha. Wah pokoknya aku belajar dari dia orangnya yang ga pernah panikan menghadapi karakteristik Dosen Pembimbing always menemani dari awal sampai akhir masa-masa skripsi, sampai numpang kosannya juga hmm maaf ya rid, si aku ngerepotin mulu. Temen-temen PGPAUD yang seperbimbingan dengan Dospem 1 Anis, Fiani, Layli, dan Devi wah kalian juga hebat! Kita bener-bener kebingungan masal dengan nalar dari beliau hehehe. Suka inget deh Fiani sama layli suka ngomel-ngomel di grup gini cenah. “Hey, naon sih eta maksudna?” “Hey, ges lieur ih” “Hey, abi mah ek kaluar tina zoom ah wkwk susah sinyal hey. Tuh hujan bari dipapkeun haha” “Kita teh kayak gaada perkembangan, diputer-puter wae” “Hey abi mah disuruh ganti judul jeng metode” “aduh artikel kumaha” aaa… pokoknya banyak banget curhatan-curhatan mereka yang sedang galau dilanda skripsi. Tapi da gimana kita teh harus nurut sama sabar gitu dan yakin aja kedepannya pasti bisa selesai tepat waktu.

Dan akhirnya kita semua bisa melewati masa bimbingan tersebut sampai bisa divalidasi intrumen bareng, ngambil data lapangan pun bareng. Tapi tetep kita punya waktunya masing-masing untuk menuntaskan skripsi. Eh iya balik lagi bahas soal daftar belanjaan sayur sop. Finally! Aku bisa menjawab pertanyaanya setelah dua hari dua malam memikirkan si sayur sop. Dan jawabanku “Daftar Belanja”

1.    Bawang putih

2.    Bawang merah

3.    Merica bubuk

4.    Kaldu bubuk

5.    Wortel

6.    Kentang

7.    Kol

8.    Makroni

9.    Daun bawang

10.     Batang seledri

Itulah jawabannya guys! Hahahahah ngakak juga ketawa-ketawa sendiri. Balesannya “Ok! lanjutkan. Sampai akhirnya selesai. Dari pertanyaan tersebut mungkin kedengaran aneh tapi dibalik itu semua ada makna tersembunyi yang akan membuat aku paham mengenai tujuan penelitianku. Ya sebenernya ngejelasinnya rada absurd ya. Maaf ga bisa semua diceritain hehe pada intinya gitu guys. Kelanjutannya beliau terus bertanya tentang hal itu sampai balik lagi ke topik fokus penelitian skripsiku, tentu saja bukan sayur sop haha.

Alhamdullilah wa syukurillah kalo sama Dospem II yang aku rasain beliau support banget, slalu memberi arahan dan saran yang simple dan mudah dipahami. Seneng deh rasanya pas bilang pak saya sudah publikasi jurnal di sini di Ikip Siliwangi rasanya beliau proud to my self. Terimakasih atas arahan dan bimbingan bapa dan tentu saja gebrakan dari Dospem I untuk bisa upload dan publikasi ke jurnal. Masya Allah tabarakallah seneng banget mendekati sidang skripsi akhirnya artikelku bisa publish ke jurnal luar di (Ikip Siliwangi Bandung). Dari sekumpulan mahasiswa PGPAUD tingkat akhir aku yang pertama lolos publish ke jurnal. Berkaitan sama publishnya artikel tujuan untuk di sharingkan seperti ini bukan karena aku sombong (lagian apa yang mau disombongin?) melainkan karena aku peduli dan ingin memotivasi temen-temen mahasiswa tingkat akhir berikutnya untuk bisa mampu melakukan berbagai tugas. Aku mau adik-adiku nanti bisa break their limitations, break segala macam keraguan, dan break semua-semua yang dapat menghambat kita untuk bisa mencapai apa yang kita inginkan dan harapkan. Jangan lupa doanya dikencengin pada masa-masa skripsi seperti ini, minta yang banyak, jangan medit-medit. Biar dilancarkan dan dimudahkan.

Well, singkat cerita lagi ya. Mengenai sidang skripsi alhamdullilah banget bisa daftar sidang pada gelombang 1 bersyukur targetan dan harapan untuk bisa sidang pada gelombang 1 terwujud, wah masya Allah tabarakallah hadiah dari Allah tak terhingga dan tak terduga pada hambanya. Ok! sidang skripsi gelombang 1 dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2020 di kampus Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya sebanyak 17 orang. Meskipun sedang berada pada kondisi pandemi seperti ini alhamdullilah sidang bisa secara tatap muka dan tentu saja tetap memperhatikan aturan protokol kesehatan yang berlaku. Dari mulai pemerikasaan cek suhu tubuh, pemakaian masker dan disediakannya tempat cuci tangan.

Aku ceritain ya, aku peserta sidang dengan No urut 17 dan itu terakhir serta penutup pada sidang gelombang 1. Pasti bertanya gimana sih perasaanya waktu sidang skripsi? Wah pasti degdegan ya, wah pasti panas dingin, wah.. wah.. wah.. guys! No bukan itu rasanya. Perasaan waktu nungguin giliran sidang itu biasa aja dan gaada rasa dag dig dug ser itu gaada aneh makanya. Karena kalo yakin sama hasil penelitian skripsi kita pasti optimis hadapi aja, toh Dosen penguji masih sama-sama manusia kan hee. Kita harus siapin mental aja buat menjawab pertanyaan dari penguji. Apapun pertanyaannya semaksimal mungkin kita harus bisa jawab. Dan saat sidang jangan lupa banyakin senyum biar penguji secara psikolog bisa terbawa suasana happy hehe enjoy aja. Kalo aku sih pas nunggu giliran masuk untuk sidang banyakin dizkr sama shalawat insya Allah tenang guys. Waktu itu sama tiga Dosen penguji 1. Dr. H. Sima Mulyadi, M.Pd., Dindin Abdul Muiz L, S.Si., S.E., M.Pd., dan Drs. Edi Hendri Mulyana, MPd. Alhasil aku bisa melewati sidang skripsi tersebut. Wah beliau-beliau sangat hebat terimakasih saran dan masukannya pak.

Dan….. pada hari itu juga pengumuman yudisium/kelulusan diumumkan guys! Nah baru yang ini rasanya dag dig dug ga karuan pokoknya aku banyak diem, banyak mikir, malah nanya sama diri sendiri dalam hati “lulus ga ya?” “penelitiannya bener ga ya?” “tadi cara jawabnya udah bener belum sih duh” pokoknya ribet mikirin itu sendiri. “Ya Allah mudah-mudahan lulus” dan yang ditunggu-tunggu akhirnya. But, you know? Aku kena prank guys! Sama Bapak Ketua Prodi Pak Edi beliau bilang “Hanya 16 itu saja yang lulus” hah??! Udah deg degan banget yaelah kena prank. Dan beliau menginformasikan kembali “Siti Nur Uswatun Hasanah No 017…… Nilai sidang 91,…. dan IPK 3,81 Cumlaude LULUS. Aaaaa… disana pokoknya langsung nangis haru bahagia saling pelukan juga sama temen-temen seperjuangan. Sebelum pulang Pak Edi bilang “Kaget ya?!” langsung disana ketawa sambil nangis bapaaak huhuhuhu. Makasih pak kalimat itu yang terucap makasih pranknya hehehe.

 


Finally! Siti Nur Uswatun Hasanah, S.Pd. tersematkan pada hari itu juga. Ga nyangka perjuangan menghadapi masa skripsi berbulan-bulan dengan kondisi pandemi terselesaikan juga dengan tepat waktu dan sesuai yang diharapkan. Fokus penelitian skripsi dari awal sampai akhir sama sekali tidak berubah tetap sama. Namun, ada perubahan judul sedikit di ubah, namanya sidang udah pasti ada sedikit revisi dan polesan agar skripsi memeliki kualitas yang poll! Alhamdullilah masya Allah tabarakallah skripsiku terselaikan dengan judul “Penggunaan Media Sandpaper letters terhadap Keterampilan Mengenal Huruf pada Kelompok Anak Usia 4-5 Tahun” ini semua berkat kedua orang tua yang tiada henti terus memberikan dukungan dan doa pada putri tunggalnya. Kedua Dosen pembimbing, keluarga A’PGPAUD 16 serta semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu. Love you all.

Setelah itu, suddenly! Ada kejutan. Maksudnya ada daftar undangan yudisium gelombang 2 pada tanggal 27 Agustus 2020. Isi kepala surat undangan tersebut:

Yth.

Mahasiswa terbaik

(daftar undangan terlampir)

Program Studi S1 PGPAUD

UPI Kampus Tasikmalaya

Wah, masya Allah tabarakallah aku masuk dalam undangan Mahasiswa terbaik. Dan pada saat yudisium gelombang 2 diumumkan bahwa aku masuk pada dua kategori sekaligus yakni sebagai mahasiswa “Lulusan Terbaik Berdasarkan IPK PGPAUD UPI Kampus Tasikmalaya Tahun Akademik 2019/2020” dan “Lulusan Terbaik Berdasarkan Yudisium PGPAUD UPI Kampus Tasikmalaya Tahun Akademik 2019/2020.” Itu anugrah yang pernah ku miliki. Terus berucap syukur sama Allah. Allah itu maha baik. Dan aku sharing pengalaman seperti ini bukan untuk menyombongkan diri. No! jauhin sifat itu. Apalagi sifat dimana kita iri sama capaian orang lain. No! jangan kayak gitu guys. Gaada manfaatnya iri dosa coy nantinya bikin diri cape sendiri! Nah, jadi aku cerita gini biar temen-temen semakin semangat dan termotivasi untuk mempersiapkan tugas akhirnya dari jauh-jauh hari biar termanage sesuai targetan yang diharapkan. Pokoknya semangat untuk semua temen-temen yang sedang bersikeras menggapai cita-citanya. Semoga Allah permudah dengan cara-Nya yang tidak dapat kita sangka-sangka. Aamiin. Last but not least.




Sedikit cerita lagi, aku punya keinginan untuk menjadi orang yang berguna bagi agama, Negara dan masyarakat. (I guess keinginan aku ini akan tetep stay selamanya sih). Karena, sesuai motto selama menjadi mahasiswa “Khoirunnas anfa’uhum linnas “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” dan pesan pada mahasiswa “Jika ingin bermimpi maka tidurlah, jika ingin meraih mimpi maka, bangunlah! Dan satu lagi jangan lupa minta doa dari kedua orang tua karena itu merupakan ridho Allah juga.




Aku mau nekenin kalau misalkan capaian yang sudah didapat sampai sejauh ini jangan sampai merasa puas karena sebenarnya setelah kita lulus lah perjuangan yang sebenarnya kita hadapi. Yaps… dunia kerja yang semakin banyak soft dan hard skill yang harus kita miliki ataupun melanjutkan study kembali (S2). Dan guys aku berkeinginan untuk melanjutkan study. Bismillah saja yang penting niatin aja dulu lillah. Minta doanya yang terbaik ya Aamiin. Karena, masih butuh untuk banyak belajar, dunia ini masih terlalu luas untuk aku puterin dengan kemampuanku saat ini. Jadi mohon doanya, supaya aku bisa menjadi orang yang kadar kehausan dalam berilmunya sesuai dan pas, supaya bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain. mohon doanya juga supaya aku bisa mengaplikasikan semua hal-hal yang udah aku tulis. Semoga yang membaca tulisan sederhana ini bisa termotivasi. Dan yang terakhir semoga kita semua selalu ada dalam lindungan-Nya. Aamiin.

 

 

 

Sincerely, Bandung 2020

 

 

Uswah Farha

 

 

 

 

 

 

 


Saturday, August 8, 2020

Kota Amsterdam

 



Aku cinta kota kelahiranku, Bandung

Dan Bandung telah mempertemukan aku dengan kamu

Terimakasih sudah bisa berjalan bersama

 

Takdir itu tak mungkin selamanya tetap

Tuhan mempersilahkan kita untuk mengubahnya

Sama sepertimu yang tak mungkin selamanya menetap

Kamu bisa pergi kapan saja.


Entahlah.. yang pasti aku bersikeras untuk menunggu

Menunggu kamu pulang

“Karena Ku Tahu Kau Begitu”

Sama halnya seperti lagunya Om Andre Hehanussa

yang kamu kirim, waktu itu

 

Sejauh ini, aku hanya bisa diam

Warga Negara Asing?

Warga Negara Indonesia?

Itu pilihan kamu

 

Terimakasih, kamu telah memberikan pengajaran

Tentang Negara yang pernah menjajah Indonesia ini

Sembilan Agustus dua ribu dua puluh

Kota Amsterdam yang kamu tuju sekarang

Semoga semuanya baik-baik saja

 

Akhirnya.. bisa bikin puisi didalam pesawat

Kayak Rangga ya!

Baik-baik disana, dan hati-hati

Cepat pulang, cepat kembali

 

Dari Pejuang Toga

Farha,

 


 Bandung, Agustus 2020


Saturday, June 27, 2020

Ikat Aku di Tulang Belikatmu




Derry Haudin.


Menetaplah lebih lama
Dari matahari
Akan kekal semua bahagia
Dalam rangkum adanya rupamu
Dengan cerdiknya siasat kita
Kan larung semua perasaan yang jahat

Ikat aku di tulang belikatmu
Biar kurebah dan teduh
Sambil dengar ceritamu, ceritaku
Tentang bagaimana kutemukan
Rasi bintang di matamu
Agar aku tau kemana
Aku harus pulang

Kamu





Surya sudah terlelap.
Terang sudah tergelap. 
Menjelma sesosok kesunyian bernama malam.
Malamku biru;
Biru laksana renjana;
Renjana yang memenuhi pusat hati.
Hati yang ingin sekali mendapatkanmu.
Dan sekali lagi, sesosok bidadari mengusik sunyi hutan;
Pun mengusik riak laut.
Hey! Darimana datangnya dirimu?
Apakah kau ingin bersamaku?
Apakah kau ingin milikiku?
Lalu, mencintai dirimu hanya dalam kalbu.
Aku mencintai dirimu, sungguh.
Kau mencintai diriku, sialnya hanya bayangan.
Diamlah kau yang membuat ku terdiam;
Terdiam tanpa suara, tanpa aksara.
Dentum meteorit terdengar hingga dasar kalbu;
Yang menjelma menjadi sesosok kau.
Afeksi meracuni seluruh tubuh dan nurani.
Semoga kau juga.

Tuesday, June 23, 2020

Potret Berbeda






Kopi tak lagi diseduh
Rasa bukan lagi menjadi rangkaian kata
Residu malah menyeruak ke dalam dada
Namun, waktu terus bergulir melaluimu
Dan aku bukan lagi menjadi pusat semestamu

Mulut berkata bukan apa-apa
Tapi hati merasa sebuh potret berbeda
Ego siapa yang memulai?
Aku kira itu sebuah hal kecil saja

Ok, bersikap saja semaumu
Mungkin taakan ada lagi
Mungkin cuman sekedar mengisi waktu luang
Atau cukup cakrawala menjawab
Seharusnya bersua lebih pagi

Tuesday, June 16, 2020

Bacalah, Jika Kamu Sempat





Vv.

Ternyata, sudah cukup lama setelah semuanya berakhir, tapi, kamu lihat? Aku masih sendiri. Rasanya, semuanya sudah cukup ada di kamu yang akhirnya aku enggan memulai lagi. Aku salah ya? Tetap menyimpan kamu di hati, maksud nya, aku memang tidak ingin berusaha keras untuk menghapus kamu, biar saja urusan waktu. Tapi, waktu berjalan semakin lambat, sampai akhirnya aku kewalahan. Tunggu, sedikit lagi.. sebentar lagi.. sampai nanti waktunya, hati ini siap berganti penghuni.

Sebetulnya cukup untuk tau kamu akan selalu baik-baik saja dengan pilihanmu itu, karna kamu selalu begitu, selalu benar setiap ambil keputusan. Sangat disayangkan kita berakhir seperti ini. Dan, aku sangat sadar, kamu berhak melanjutkan hidup dengan tenang tanpa gangguan dari aku sebagai masa lalu kamu. Dan aku-pun berhak melanjutkan mimpi-mimpiku tanpa kamu dengan perasaan lapang.

Sungguh, aku memang tidak tahu diri untuk mengharap semua kembali seperti dulu. Tapi, sejauh ini aku berusaha untuk mengikuti semua katamu agar bisa melepaskan seutuhnya bayangan tentang kamu, dan angan tentang kita. Sulit sekali, kamupun tahu-kan?

Tunggu, aku dengar, penggantiku bisa membuat kamu menikmati kota Bandung lebih indah, ya? Dia bisa menemanimu berkeliling dan tertawa diatas motor berdua. Syukurlah dia lebih baik dari semua upayaku saat menemanimu bertahun-tahun lamanya.

Rasanya, kita perlu waktu agar tidak saling benci atas semua yang sudah terjadi pada kita yang pernah saling menyayangi, sebelum akhirnya Tuhan membalikan hatimu sebegitu cepatnya yang membuatku harus beradaptasi sendirian.

Lewat tulisan ini, aku hanya ingin mengucapkan lagi-lagi maaf untuk salahku terdahulu serta keberadaanku yang sulit kamu temui, berkat kamu, aku menyadari bahwa pada akhirnya kita telah gagal melawan jarak di tahun ke-empat. Memeluk rindu tanpa raga, luar biasa rasanya.

Dengan siapapun kamu nantinya, dan jika saat ini kamu sudah bahagia, sumpah, aku turut bahagia. Kamu berhak atas itu, Aku akan mengenang kamu sebagai manusia baik yang mau berjuang sangat dalam untuk manusia setidak sempurna aku. Selamat melanjutkan hidup. Semoga, jika Tuhan berkenan, kita akan kembali merasakan rindu tanpa harus berusaha bersusah payah, seperti aku sekarang.

Friday, June 12, 2020

Menalar Tuhan Katanya



Tuhan, sebuah nama yang selalu di agungkan.
Kita mempertanyakanya? Kita menalarkanya?
Tidak, kita tak perlu menalarnya, karena ia benarlah ada.
Tuhan, sebuah nama yang masih saja diragukan.
Lantas jika ia tak ada, siapa pencipta manusia?

Semua tak habis pikir berbicara teori evolusi, yang tak berlandaskan bagiku.
Sang teoritis berkata manusia berevolusi dari kera.
Ah bohong, Darwin tak pernah membuktikanya.
Lalu apakah kita masih perlu tahu siapa Tuhan?

Apakah engkau pernah menduduki sebuah kursi?
Apakah engkau harus tahu si pencipta kursi itu, baru engkau duduki?
Tidak.
Dan apakah engkau pernah mempermasalahkan uang?
Padahal engkau tak tahu penciptanya, dan engkau tetap menggunakanya.
Jadi pantaskah kita menalarkannya?
Tidak, kita tak perlu memikirkan itu.
Lakukan saja perintah dan ajaran-Nya.
Dengan begitu, engkau akan berasa selalu dekat denga-Nya.

Cerita Setelah Akhir


Uswah Farha & Beranda Teras

Tak lekang dimakan usia dari waktu yang bergulir melaluimu.
Hingga satu waktu, Susana mulai berbeda.
Perjalanan dan perpisahan kian berarti setelah tak bersama lagi.
Pengajaran dan pelarian adalah dua kata yang kini melekat.
Dikala mencoba mengejar bayangmu, namun berlarian menghindari kenangan yang lalu.

Diammu adalah tanya.
Tangismu adalah bencana.
Tawamu adalah anugerah.
Dan kepergianmu adalah duka yang akan ditenteng selalu.
Tersendak-tersendak di sepanjang perjalanan, kambuh, pulih, dan tetap tak pulang.

Siklus?
Benar, itu yang terjadi berulang-ulang.
Mencoba baik-baik saja ialah topeng paling menarik untuk saat ini, dalam menyimpan rasa, dalam luka yang amat rumit

Tidak perlu diungkap luka yang seperti apa
Ini hanya lah tentang waktu saja untuk bisa menyembuhkan kembali luka itu
Memang awal rasa yang sulit
Tuk terlihat baik-baik saja
Tak perlu kamu tanya mengapa
Seharusnya kamu tau kenapa
Tak perlu kamu tanya alasan
Sewajarnya kamu tau mengapa demikian.

Hanya butuh objek tuk perlu bertahan
Dengan kesendirian


di Paksa Bungkam




Stanisa.

Patah yang terlanjur rapuh
Sakit yang terlanjur mendalam
Dipaksa bungkam oleh keadaan
Aku merasa takut dengan banyak hal
Aku merasa khawatir dengan banyak hal
Aku sering merasakan kesedihan di malam hari
Tidur harusnya membutuhkan ketenangan, sedangkan aku tidak memilikinya
Permintaan maaf yang sering diucap, seolah tak ada makna

Sakit ini masih membekas
Luka ini belum kering, kadang kambuh kadang juga sembuh hingga membuat aku jatuh berulang kali
Lama, mungkin akan membutuhkan proses panjang untuk benar-benar menunggu luka ini kering.

Aku melupakan bagaimana bahagia dengan cara sederhana
Aku melupakan bagaimana mudahnya menangis ketika merasa sedih, tertekan atau marah.
Aku sering menahan semuanya.
Dan berakhir depresi di malam hari.

Rasanya ingin lari dari semua masalah.
Tapi aku sadar lari dari masalah tidak akan menyelesaikan apa-apa
Aku merindukan senyuman tulusku ketika masih kecil
Kemana sekarang ? Mungkin sudah direnggut oleh keadaan yang memaksa aku harus bungkam.

Aku tau, ini bukan aku yang mereka kenal.
Maka, tolong bantu carikan aku yang sebenarnya. Dimana? Apa aku yang selama ini mereka kenal bersembunyi dibalik kekacauan yang terjadi sehingga dipaksa untuk bungkam?

Aku seperti kosong, hilang makna dan penuh ketakutan.
Sekarang, hanya ada dua pilihan dipaksa menyerah oleh keadaan? Atau harus kuat agar tidak mudah menyerah oleh keadaan.



Thursday, June 11, 2020

Tentang Rindu


Beranda Teras

Tentang Rindu yang tak bertemu Tuannya
Juga rasa yang tak akan kembali ke hulu
Hanya terbawa arus, bermuara pada lautan kenangan.

Terlintas sosok lalu yang masih berlalu lalang
Menghantui ingatan, tak pergi
malah memaksa masuk bahkan melampaui mimpi
rasa yang tak karu, seperti memberontak membakar semak

Tak perlu berucap berulang kali
Bahwa kau adalah salah satu pemeran penting dalam hidup
Yang begitu amat berpengaruh
Hingga kini, aku menjadi salah satu buih dalam kehidupan
Tapi, entah mengapa berpisah adalah cara terbaik untuk kita

Aku tak tahu apa arti dari rencana-Nya
Yang pasti kini,
Aku tak bisa lagi mengucap rindu langsung padamu
Memang berat bagiku,
Tapi entahlah denganmu
Satu hal yang pasti,
Dirimu masih terselip dalam doa dan ingatan.






Wednesday, June 10, 2020

Sudah Merelakan




Dalam pergerakan waktu yang terus maju
Dalam rasa yang diam dan meledak-ledak
Aku berdiam disini hanya ingin kamu ada.

Iya, ingin kamu ada disampingku
Lekas seperti dulu bercanda gurau
Dan saling mengungkapkan rasa

Tapi, itu semua sudah tak berlaku sekarang
Sepertinya aku harus belajar pada fase dimana …
Bahwa merelakan akan lebih mudah dari pada melupakan

Jangan salahkan aku…

Ini bukan tentang siapa yang melupakan dan siapa yang merelakan
Tapi ini tentang siapa yang lebih dulu meninggalkan kemudian melupakan

Dan pada akhirnya...

Aku mulai merangkak maju untuk bisa mengikhlaskan
Dan mulai menjunjung lembaran baru
Tanpa hadirnya kamu.