Monday, February 26, 2018

[Cerpen] KEJORA DAN BINTANG


KEJORA DAN BINTANG

Oleh : Siti Nur Uswatun Hasanah & Rindu Wangi Hujan

Ketika itu aku pulang dari sekolah yang tak jauh dari rumahku, seperti biasa aku diantarkan oleh paman becak. Kemudian aku membayar ongkos dan membukakan pagar rumah. Tiba-tiba dari belakang ada yang menarik tasku sangat kencang. tidak salah lagi aku berpikir pasti dia adikku kejora. Dengan wajah polosnya sembari tersenyum melihatku. Aku pun kesal menahan emosi seketika dia menarik gntunganku. tidak seharusnya dia menarik gantungan tasku yang masih baru dibelikan ayah dari Malaysia. Aku tidak tau kenapa kejora melakukan hal seperti itu? Yaa aku berpikir dan berbicara dalam hati mungkin dia iri kepadaku karena aku normal tidak seperti dia tidak normal.
Aku langsung berlari kepada mama dan bilang,
“Ma, Kejora menarik tasku sampai gantunganku lepas! Gantungan inikan baru dua hari yang lalu ayah belikan ketika pulang dari Malaysia. Masa udah rusak lagi!”
 Mamapun menjawab seraya tersenyum lembut kepadaku,
“Tidak apa-apa sayang. Nanti Mama bisa hubungi ayah lagi supaya memberikan lagi yang baru, jangan kamu salahkan adikmu seperti itu, mungkin dia ingin bermain bersama lagi denganmu. Mungkin dia rindu kakaknya seperti dulu yang slalu bersama-sama bersinar seperti bintang kejora dilangit.”
Aku mendecak sebal pada ucapan Mama.
“Aishhh! Mama, Bintang sama Kejora itu beda jadi jangan sandingkan nama bintang dengan kejora seperti itu. Banyak orang bilang Kejora itu tidak normal ma, Bintang gamau disandingkan!” akupun menjawab seperti itu sambil berteriak.
“SSSSTTTT….. Kamu kenapa bintang? Jangan berteriak seperti itu, Mama tidak suka. Kamu hanya saja belum mengenal dekat Kejora, Kejora anak yang berbakat, penyayang walaupun dia selalu membuatmu kesal bukan karena dia iri. Mama yakin suatu saat nanti kamu akan kagum dengan adikmu,” jawab Mama memperingatiku.
Dan ternyata percakapan aku dan Mama didengar oleh Kejora, memang Kejora anak tuna rungu, tidak bisa mendengar. Tetapi pembicaraan kita tadi dapat dilihat dan dimengerti oleh Kejora lewat gerak bibir kami. Kejora pandai mengikuti gerak bibir kami yang tengah bercakap.
Astagfirulloh.. aku kenapa? Kenapa hal kecil saja aku besar-besarkan dengan mengadu kepada Mama. Seharusnya aku bisa bersikap dewasa. Aku sedih, dan aku amat menyesal kepada Kejora, terutama kepada Mama, ketika tadi Mama mengatakan bahwa Kejora itu anak yg berbakat, penyayang walaupun dia selalu membuatku kesal”.
***
Hari minggu pagi, aku keluar dari kamarku aku melihat Kejora sedang menonton televisi, seperti biasa dia menonton kartun favoritnya spon kuning yang biasa Mama gunakan didapur untuk mencuci piring. Hmm.... ya “si kuning kotak Spongebob”. Aku heran kenapa dia suka sekali kartun itu.
“Eh, Bintang. Udah keluar? Ayo sarapan dulu bareng-bareng!” sahut Mama memanggil namaku dari pintu masuk ke arah dapur.
“Bintang, Kejora, ayo sarapan dulu. Sini mama masak nasi goreng kesukaan kalian nih!” sahut Mama kembali seraya menghampiri Kejora yang fokus menonton kartun.
“Ayo kejora saying”, Mama mengusap lembut ujung kepalanya. Kejora yang polospun tersenyum.
Di meja makan aku sibuk sekali melihat Kejora yang asyik dengan crayon dan cat air warna-warni. Aku berpikir dan berbicara dalam hati, mungkin dia ingin mengikuti sepertiku melukis bulan lalu aku kan pernah juara lomba melukis sekota madya.
Akupun bertanya dengan hati-hati kepada Kejora.
“Kejora, itu apa yang kejora pegang?”
Kejora hanya diam dan menunduk. Dan menggelengkan kepala. Kok kejora diam? Ibu menyahut duluan sebelum kejora melakukakan tindakan
“Cepat jawab apa itu?” tanyaku dengan nada yang semakin tinggi. Karena tidak biasanya Kejora pegang benda seperti itu, maka aku sedikit heran.
Langsung Kejora menuliskan kata-kata dengan pensil kesayangannya yang dibelikan oleh Ayah ketika pulang dari Malaysia. Dia menulis dibuku catatannya.
Seperti ini tulisannya yang kubaca.
“Kak Bintang, hari ini kejora ingin melukis. Kakak bisa ajarkan kejora melukis hari ini?” aku baca dengan perlahan, mengingat tulisannya hampir sulit kubaca. Mama juga membaca tulisan dari Kejora.
“Oh, tentu saja bias, Kejora! Kakak kan baik, pernah juara melukis lagi!” seru Mama menyanjungkanku sebagai kakaknya yang pintar kepada Kejora. Kejora tersenyum gembira. Sementara aku nampaknya kurang begitu antusias untuk mengajarkan Kejora. Entahlah. Perasaanku berkata aku benci dia ingin mengikuti jejakku yang memang pintar melukis! Aku tidak suka! Aku mengabaikan Kejora dan  memutuskan pergi ke kamarku setelah selesai makan.
***
Saat berada dikamar, aku duduk dan melihat fotoku dan Kejora sebelum aku masuk sekolah. Oh, ternyata yang kemarin-kemarin Mama bilang bahwa Kejora itu mempunyai bakat. Ternyata bakatnya itu melukis sepertiku. Hanya saja saat tadi Kejora membuat tulisan dibuku catatannya seperti itu ingin lebih dekat denganku.
Arrgghhh! Cukup! Jangan memikirkan hal yang tadi! Aku tidak ingin memikirkan bagaimana Kejora dan apa yang ingin Kejora lakukan! Aku tidak peduli!
Tidak lama kemudian ada yang mengetuk pintu kamarku. Surat bertanda hati terselip pada celah bawah pintu kamarku. Surat itu berisi yang sanggup membuatku tertohok.
“Kalau kakak mau mengajarkanku melukis hari ini, kakak harus datang ke taman bermain diseberang rumah ya! Dari adikmu kejora yang menyebalkan dan sering membuat kakak kesal.”
Entahlah. Kenapa dia menulis pesan seperti itu. Tidak sadarkah dia kalau saat ini aku tidak ingin melihat wajahnya? Ya Tuhan! Benar-benar membuatku kesal! Kenapa aku kesal sekali kepadanya? Aku tidak paham pada hatiku. Mungkin rasa iriku kepadanya sudahlah sangat besar.
Setelah aku baca aku tidak memperdulikan surat itu dan langsung pergi untuk tidur karena hari itu sangat mengantuk sekali karena sudah makan.
***
“Bintang. Bintang,” sayup-sayup terdengar suara Mama memanggilku sembari mengetuk pintu. Ya ampun, berapa lama aku tertidur? Cukup lama aku tertidur pulas. Kepalaku sedikit pening karena terlalu lama tidur. Aku langsung bangun dengan keadaan setengah sadar dan membukakan pintu untuk Mama.
“Kenapa, Ma?” tanyaku dengan suara yang cukup berat.
“Adikmu kemana? Sejak tadi Kejora belum pulang juga. Sekarang udah mau larut malam. Mama khawatir dengan kejora,” ujar Mama dengan raut wajah yang begitu khawatir.
 “Nggak tahu, Ma. Kejora belum pulang?” tanyaku kembali.
Setelah itu, aku teringat dengan surat Kejora yang ia selipkan pada celah pintu kamarku.
“Bentar, Ma. Aku akan pergi keluar mencarinya,” ujarku seraya pamit kepada Mama.
Sore itu hujan gerimis. Langit mendung. Aku berlari pelan menuju Taman untuk mencari Kejora yang kemungkinan masih berada di Taman. Dan ternyata benar. Kejora baru saja keluar dari area Taman dan matanya melihat kedatanganku. 
“Kejora!” teriakku cukup keras, berharap dia mendengarnya meskipun mustahil, mengingat dia seorang tuna rungu.
Kejora berlari dengan sebuah buku gambar pada tangannya. Dia menyeberang untuk menghampiriku. Akan tetapi....
Braak!!!!
DEG!!
Jantungku serasa terlepas dari tempatnya. Tubuhku seketika melemas. Kejadian barusan sangat jelas terlihat olehku.
“Ke....Kejora?”
Kejora tergelepak dengan kepala bersimbah darah setelah sebuah motor menabraknya dan mementalkan tubuhnya sejauh beberapa meter. Sang pengendara motor pun tak luput dari musibah. Namun yang kukhawairkan adalah Kejora. Langsung ku berlari menuju Kejora.
“Astaghfirulloh! Kejora! Kejora!! Tolong!” teriakku meminta pertolongan kepada pejalan kaki. Anehnya, bukannya membantu adikku, mereka sibuk sekali merekam kejadian kecelakaan ini! Dasar, manusia tak punya hati! Apakah dengan merekam adikku akan menyelamatkan adikku?!
Kulihat sebuah buku gambar pada tangannya yang tergenggam erat. Ku buka buku gambarnya. Terlihatlah sebuah gambar berwarna, menunjukkan keluarga utuh, yaitu Mama, Papa, aku dan juga Kejora. Kejora menggenggam tanganku pada gambarnya. Kemudian pada bawah gambarnya ia tuliskan sebuah pesan.
“Ini adalah keluarga bahagiaku. Kami akan bahagia selamanya. Aku mencintai Mama dan Papa. Dan aku juga mencintai Kak Bintang. Sayang sekali. Kak, maafkan Kejora, selalu bikin kakak kesal. Tapi walaupun kakak kesal sama Kejora, tapi Kejora masih tetep sayang sama kakak”, imbuhnya.
Kedua mataku menghangat. Air mataku perlahan mengalir deras. Aku menyesal. Aku amat menyesal kepada Kejora! Aku adalah kakak yang jahat! Ya ampun, apa yang aku lakukan kepadamu, Kejora? Aku terlalu kasar kepadamu!
***
Kejora dinyatakan mati otak karena kepalanya terbentur sangat kuat saat kecelakaan tadi. Itu berarti, tidak akan ada tanda bagi Kejora untuk sembuh. Kejora bernafas, tetapi tidak hidup. Sisa usianya sudah diperkirakan hanya tinggal satu minggu lagi. Ya ampun, Kejora. Maafkan kakak. Maafkan kesalahan kakak selama ini!
“Kejora, kamu mendengarkanku? Kakak menyesal telah menyakiti perasaanmu selama ini. Bangunlah, Kejora. Bangun!” aku menangis disamping tempat tidurnya. Mama dan Papa menangisi keadaan Kejora.
Andai waktu bisa diulang kembali. Tidak, andai saja aku bisa menangkal kejadian ini. Semua hal yang terjadi pada Kejora adalah salahku! Andai, keajaiban itu ada. Aku ingin Kejora kembali hidup.
Kumohon!! Keajaiban, datanglah kepada Kejora!!, aku berteriak bersungguh-sungguh dalam hati. Selalu kupanjatkan doa kepadanya. Aku berharap Kejora dapat hidup dan aku bisa memperbaiki kesalahanku kepadanya.
Kumohon! Kumohon!
Detektor jantung tiba-tiba berbunyi nyaring. Mama, Papa dan aku menatap layar detektor detak jantung. Kami saling berpandangan. Mama dan Papa berseru gembira.
“Alhamdulillah! Ya Allah, Alhamdulillah!” Papa dan Mama tak berhenti bersyukur. Aku hanya menangis terharu. Doaku terkabul. Keajaiban datang untuk Kejora. Dan aku berjanji, setelah kejadian ini, aku akan bersikap lebih baik kepada Kejora. Akan aku buktikan janjiku.
“Kejora, terima kasih udah maafin Kak Bintang,” gumamku dengan penuh rasa syukur.

Tamat



Friday, February 2, 2018

[Puisi] BICARA PELANGI






Oleh : Uswah Farha

Ditepi senja, aku berjalan setengah langkah kaki
Ketika itu hujan membasahi bumi
Tak ku sangka wangi hujan menghampiri
Benarkah itu sebuah pelangi?

Perkataan Ayah benar, pelangi akan muncul menggetarkan hati
Lantas, aku harus mendekat melangkahkan kedua kaki
Pikirku tidak kau perlu bersabar wahai hati
Ada DIA yang maha mengawasi, DIA lebih mencemburui

Biarlah pelangi itu aku sedikit inovasi
Kemudian, aku bawa pergi saja pada penjaga kuil cinta sejati
Tentulah disana pancaran warnanya akan aman dan terus mencahayai
Ketika itu senja berganti malam diiringi bisikan hati

Bulir-bulir embun pun rinai tertata rapih menghiasi
Sungguh hanya kesejukan kali ini aku dapati
Semeliwir polusi kota pun aku abaikan pergi
Karena, keyakinan diri, pikiran, dan hati telah berdiskusi

Bahwa..

Cinta datang untuk mencahayai bukan melukai
Cinta datang karena Illahi bukan hanya nafsu birahi
Cinta datang untuk melengkapi bukan malah kontroversi

Pelangi ataupun cinta, kedua kata itu indah berseri dan menarik hati
Rasanya aku saja yang ingin memiliki

Thursday, February 1, 2018

[Essay IYS] FENOMENA BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI PELUANG OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN KAUM MARJINAL MELALUI GERAKAN BISNIS SOSIAL KAUM INTELEKTUAL



Era yang krusial ini oleh banyak kalangan disebut-sebut sebagai era bonus demografi yang saat ini sudah dimulai dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada rentang tahun 2020-2030. Salah satunya, menurut  Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan BKKBN Ida Bagus Permana menyatakan bahwa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, yaitu jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, sedang 30 persen penduduk yang tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah dan usia di atas 65 tahun) yang akan terjadi pada tahun 2020-2030.
Fenomena bonus demografi  ini sebagai peluang besar bangsa Indonesia kedepan. Karena dari makna kata bonus saja mengartikan sebuah keuntungan yang dapat diraih asalkan menurut syarat-syarat tertentu dan diusahakan dengan benar. Maka Terkait bonus demografi ini Presiden Jokowi menyatakan bahwa bonus demografi ibarat pedang bermata dua yang satu sisi membawa berkah jika berhasil mengambil manfaatnya namun di sisi lain bisa menjadi bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik. Pernyataan ini dikemukakan oleh presiden saat memperingati Hari Keluarga Nasional pada Agustus 2016.
Maka dari itu khususnya para pemuda intelektual dapat memanfaatkan bonus demografi tersebut dengan sebaik-baiknya. Keuntungan yang dapat diperoleh dari bonus demografi adalah tersedianya tenaga kerja usia produktif sebagai sumber daya penopang utama pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, ataupun sebagai peluang utama dalam mengoptimalisasikan pemberdayaan masyarakat marjinal. Karena kaum muda dikenal sebagai agent of social change (agen perubahan). Pemuda selaku insan akademis, dipandang memiliki kekuatan intelektual yang lebih sehingga kepekaan dan nalar yang rasional diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat. Karena sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa khususnya dalam pemberdayaan masyarakat yang kurang dalam bidang pendidikan, ekonomi, ataupun sosial.
Kaum marjinal memang kaum kecil yang selalu terpinggirkan, kita kadang lupa bagaimana mereka berjuang di era globalisasi ini dengan tenaga dan keringat mereka untuk keluarga serta mengabdi pada Negara salah satunya dengan membayar pajak kepada pemerintah walaupun penghasilan mereka pas-pasan bahkan kekurangan.  Mereka ini bagian tak terpisahkan dari negeri ini. Perjuangan kaum marjinal yang mungkin seringkali kita mengabaikannya. Sebagaimana Mother Terresa, pejuang dan tokoh kemanusiaan dari Calcuta, mengatakan: "The poor, the marginalized and the ones who are not counted, they exist because we create them. Especially by the superstructure and then by me, by you, by all of us. Consequently, it is our responsibility to help elevate them."Artinya, kaum miskin, kaum marjinal, dan orang-orang yang tidak diperhitungkan di masyarakat ada karena kitalah yang menciptakan mereka. Terutama oleh struktur sosial, juga oleh saya, Anda dan kita semua. Sehingga, kita mempunyai tanggung jawab untuk membantu dan mengangkat derajat mereka.
Maka penulis akan lebih menyoroti kutipan akhir dari Mother Terresa, “Sehingga, kita mempunyai tanggung jawab untuk membantu dan mengangkat derajat mereka.” Artinya bahwa bukan hanya pemerintah saja yang dapat melihat bagaimana keadaan kondisi kaum marginal saat ini, tetapi kita semua khususnya kaum muda usia produktif. Sebagaimana pemuda memiliki beberapa peranan penting diantaranya sebagai agent of sosial change, iron stock, dan sebagai control social di masyarakat. salah satunya penulis juga akan lebih menyoroti tentang peranan pemuda sebagai control social yaitu generasi pengontorol seorang pemuda diharapkan mampu mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar. Jadi, selain pintar dalam bidang akademis, pemuda juga harus pintar dalam bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan lingkungan. pemuda diupayakan agar mampu mengkritik,memberi saran dan memberi solusi jika keadaan sosial bangsa sudah tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan bangsa, memiliki kepekaan, kepedulian, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi yang teraktual. Asumsi yang kita harapkan dengan perubahan kondisi social masyarakat tentu akan berimbas pada perubahan bangsa. Intinya pemuda diharapkan memiliki sense of belonging yang tinggi sehingga mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Tugas inilah yang  dapat menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang senantiasa mencarikan solusi berbagai problem yang sedang menyelimuti mereka. mengetahui berbagai isu yang ada di Negara indonesia khususnya di masyarakat karena ada berbagai persoalan yang memberatkan masyarakat diantaranya biaya pendidikan yang mahal, korupsi yang semakin memprihatinkan dan berbagai hambatan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat di indonesia.
Ada sebagian pemuda yang berjuang khususnya di bidang pendidikan yaitu salah satunya kuliah ke berbagai universitas negeri yang ada di Indonesia ataupun sekolah ke luar negeri, tidak lain mereka di biayai oleh masyarakat kaum marginal yaitu para petani, sopir angkot, ojeg, dan lain sebagainnya. Mereka semua membayar pajak kepada pemerintah dan hasil dari pajak itu dialokasikan oleh pemerintah sebagai beasiswa para pemuda untuk biaya pendidikan sebesar 20%. Maka kita sebagai kaum muda intelektual khususnya yang sudah dibiayai oleh pemerintah dapat mengabdikan diri selain berprestasi untuk negeri, para pemuda harus memberikan peluang kewirausahaan untuk kaum marginal. Memberdayakan seluas-luasnya dengan memanfaatkan bonus demografi, karena sebagai peluang besar para pemuda serta turun aktif sebagai pemuda yang dapat mengabdikan dirinnya kepada masyarakat. dan dapat mengimplementasikan tri dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, pengabdian, serta penelitian.  
Potret buram kondisi kaum marginal saat ini sudah bukan hal yang aneh lagi, tetapi sudah lumrah diperbincangkan  di media sosial ataupun sudah tidak aneh lagi banyak anak-anak yang putus sekolah berjuang mencari nafkah demi keluarganya. Hal inilah yang patut kita apresiasi dengan sebuah pemikiran kaum muda intelektual. Lebih baik lagi apabila mengembangkan ciri khas daerahnya dengan berupa kerajinan-kerajinan, olahan produk ataupun mengadakan rumah budaya sebagai ruang public. yang bisa menjadi bisnis sosial masyarakat dengan memanfaatkan bonus demografi. Kaum muda intelektual bisa memanfaatkan ide cemerlang bagi kaum marginal, misalnya dengan mengadakan recruitment anggota terlebih dahulu kemudian pelatihan dan uji efektivitas dan relevansi sebuah ide terkait memberdayakan kaum marginal dengan bisnis sosial dan dari kekhasan daerah-daerah yang ada di Indonesia.
Maka dari itu penulis akan lebih menjelaskan tentang rumah budaya sebagai ruang publik. Mengapa mengambil gagasan seperti ini? Karena generasi sekarang ini disebut sebagai generasi Z atau millennial, dimana dikatakan sebagai generasi yang melek teknologi dan banyak orang-orang yang mencari spot foto untuk berselfie ria. Jika dilihat kondisi sekarang seperti itu.kita bisa memanfaatkan bonus demografi dengan mengadakan rumah budaya sebagai ruang publik atau sebagai objek wisata. Contohnya Sakola Museum Rakjat yang ada di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya, itu merupakan rumah budaya berbasis pendidikan pada zaman penjajahan. Didalamnya ada beberapa barang antik seperti papan tulis zaman dulu, sempoa besar, baju guru pada masa itu dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pendidikan zaman dulu. Walaupun Sakola Rakjat atau disingkat SR itu hanya sebagai museum yang ada dikampus yang biasanya dikunjungi oleh para mahasiswa tanpa harus membayar dan bebas untuk mengunjungi kapan saja. Maka dari sini kita bisa mengalihkan sekaligus memanfaatkan rumah budaya berbasis lain sesuai dengan ciri khas daerah yang ada di Indonesia, dengan teknis jiwa entrepreneur yang dimiliki misalnya, ada pembelian tiket terlebih dahulu sebelum pengunjung memasuki rumah budaya. Dan sekreatif mungkin rumah budaya harus kita buat agar menarik pengunjung untuk bisa mengambil spot foto disana. Dengan rumah budaya selain tujuannya melesatarikan budaya yang ada di Indonesia juga bisa dijadikan bisnis sosial dengan para pemuda dan bisa membantu memberdayakan kaum marginal dengan membuka lapangan pekerjaan di rumah budaya yang telah dikelola dan mereka juga akan lebih mengenal budaya yang ada di Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa permasalahan keadaan sosial masyarakat  dapat di minimalisir melalui ide kreatif bisnis sosial masyarakat oleh kaum muda intelektual. Yakni bisnis yang tidak sekedar menghasilkan uang, tapi juga punya kepedulian terhadap orang-orang yang kurang beruntung yang tinggal di sekitar. Mampu memberikan warna baru dalam merubah keadaan sosial masyarakat. Perubahan bukan hanya dalam bidang pedidikan saja, namun di bidang lainnya juga seperti sosial, budaya, dan ekonomi kearah perubahan yang lebih baik. Selama matahari masih terbit dari arah timur, selama bumi ini masih dihuni manusia, selama karakter bangsa Indonesia masih terjaga, dan selama pemuda masih tampil di garda terdepan dalam pembangunan bangsa, selama itu pula NKRI tetap jaya.
Keberhasilan memberdayakan kaum marginal dengan bisnis sosial telah terbukti salah satunya oleh Alia Noor Anoviar, Ide bisnis sosial ini berawal ketika Alia sebelumnya ikut program pertukaran mahasiswa selama empat bulan di Mahidol University International College Thailand. Dalam program ini, alumni FEUI 2009 memahami tentang skema bisnis yang mempunyai kepedulian terhadap kondisi sosial masyarakat.. Gadis manis ini melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat lewat bisnis sosial yang didirikannya: Dreamdelion Community Empowerment (DCE). Yaitu komunitas yang memberdayakan masyarakat miskin metropolitan lewat bisnis sosial. salah satunya kota metropolitan seperti Jakarta menyimpan dua sisi kehidupan yang berlawanan. Di satu sisi gemerlap layaknya kota besar dunia dengan gedung pencakar langit, mobil hilir mudik lengkap dengan kaum pekerja dan intelektual. Di sisi lain, masih ada masyarakat terpinggirkan, anak-anak putus sekolah dan pengangguran. Kedua sisi yang saling bertolak belakang ini menggugah sejumlah pihak. Mereka tergerak untuk berbuat sesuatu yang dapat menjembatani dua sisi ini. Paling tidak kesenjangan sosial bisa sedikit berkurang.
Melihat kondisi ketimpangan ibu kota Indonesia, saya tergerak melakukan perubahan. Di sini saya coba menginisiasi gerakan pemberdayaan masyarakat bernama Dreamdelion Community Empowerment. Keberadaannya dilatarbelakangi oleh permasalahan sosial dengan kondisi masyarakat yang memiliki keterbatasan akses pekerjaan, kesehatan, dan pendidikan,” ungkap Alia kepada Youngsters.id.
Gerakan yang didirikan pada 18 Juli 2012 bermula dari program mahasiswa untuk memberdayakan masyarakat yang tinggal di kawasan pemukiman kumuh, bantaran kali Manggarai. Kini, gerakan itu telah berhasil memberdayakan ibu-ibu rumah tangga untuk membuat kerajinan tangan dan merchandise Dreamdelion. Selain mengembangkan bisnis sosial, DEC juga membentuk tiga komunitas pemberdayaan yaitu Dreamdelion Cerdas, Dreamdelion Sehat, dan Dreamdelion Kreatif. Dreamdelion Cerdas menyasar anak-anak usia sekolah. Sedangkan, program Dreamdelion Sehat bertujuan menekan permasalahan di bidang kesehatan dan lingkungan. Sementara itu, Dreamdelion Kreatif tujuan utamanya adalah meningkatkan keahlian masyarakat binaan untuk mencapai kemandirian.“Saya memiliki tekad dan niat untuk mengembangkan anak-anak dan masyarakat yang tinggal di daerah marginal agar bisa berubah lebih terampil dan lebih terdidik,” kata wanita kelahiran 13 Agustus 1991.
Kini DCE tak lagi hanya bergerak di Jakarta, tetapi juga mulai memberdayakan masyarakat di Yogyakarta, Ngawi, dan Garut. Sanggar Belajar Dreamdelion Cerdas telah hadir di dua kota yaitu, Jakarta dan Yogyakarta. Di Jakarta sanggar ini membimbing sekitar 60 siswa dan di Yogyakarta 25 siswa. Atas kontribusinya memberdayakan masyarakat, Alia mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Termasuk Kartini Next Generation bidang Sosial Kemasyarakatan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.


TAK USAH KHAWATIR





Kawan, inilah kata yang harus kalian pegang, percayalah! "Hold my hand" hehe.
memang korelasi keadaan dan zaman saat ini tidak terbendung lagi dengan derasnya arus modernisasi yang dapat mengubah
baik menjadi jahat.
damai menjadi ramai
dingin menjadi panas
mudah menjadi sulit
dekat menjadi jauh
dan lain sebagainya. semua berubah seperti senja berganti malam terus sampai akhirnya kita bertemu kembali dengan embun di pagi buta. walaupun seperti itu kesempatan kita untuk mengubah itu semua masih ada. memang, terkadang ingin rasanya mengubah itu semua secara instan ataupun sekilat kereta api express bawah tanah negeri sakura yang dapat langsung mengantarkan para wisatawan dan rakyatnya pada tujuan walaupun harus menunngu dalam masa penantian disebuah stasiun.


Namun, Tak usah khawatir kita harus yakin dengan firman-Nya:


“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” Q. S. [13] : 11


itu artinya kita perlu usaha untuk bisa mengubah keadaan hari ini untuk hari esok ataupun untuk nanti diwaktu yang tepat sampai akhirnya akan indah pada waktunya. dengan apa? tentu dengan ikhtiar dan do'a, kalo bisa rental namanya  dan tikung disepertiga malam, by : Ust. Evie Effendi, eh kok jadi kesana.


Tak usah khawatir, dengan keadaan hari ini jika mungkin kamu menganggapnya sebuah masalah, karena itu semua dapat diputarbalikan dengan korelasi do'a dan impian kita mungkin dengan seseorang yang dari "ketidakmungkinan" menjadi sebuah "kepastian" berkat lurusnya niat kita untuk mewujudkan sebuah harapan, impian, bahkan, sebuah halusinasi yang akan menjadi realita indah. berkat keyakinan kita pada segala firman-Nya, keyakinan kita pada Allah-lah yang dapat mengantarkan kita pada impian secepat meteor jatuh ke bumi. yaa intinya kita pasrahkan pada Allah, serahkan pada Allah, libatkan Allah dalam segala hal urusan apapun. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.


ketika itu, maka kekuatan korelasi do'a dan impian kita dapat mengubah semua keadaan kalian hari ini menjadi hal yang positif dan inspiratif. so, look at me!
ekspektasi menjadi realita
harapan menjadi kenyataan
kerinduan menjadi pertemuan
melankolis menjadi romantis
perkara haram menjadi halal
perkara dosa menjadi pahala dan
cinta kasih sayang menjadi buah hati.


Tidak lupa diakhiri dengan Aamiin...


Yaa inti dari semua ini


"Tak usah khawatir, Tasikmalaya tidak seperti Bandung yang dapat mengubah perasaan dengan hiruk-pikuknya korelasi keadaan dan zaman.
Uswah-

























[Essay] PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI ALAT PEMERSATU DAN PEMBENTUK WATAK BANGSA



Dewasa ini kurangnya perbuatan dan sikap toleransi satu sama lain yang terjadi pada bangsa Indonesia. Kemudian tidak ada rasa kesatuan dan persatuan baik itu dalam ras, etnis, budaya dan agama misalnya, timbul pergolakan-pergolakan di berbagai daerah seperti tawuran antar kelompok, penyerangan terhadap kelompok lain, hingga perusakan fasilitas ibadah, pada umumnya dipicu oleh hal-hal seperti perebutan wilayah dan pekerjaan, adanya kesenjangan sosial, atau perbedaan pandangan dan keyakinan dalam beribadah. Berbagai macam konflik tersebut lahir sebagai akibat dari lunturnya nilai-nilai toleransi untuk tetap saling menghargai perbedaan.
Kemajemukan bangsa Indonesia merupakan unsur yang potensial dalam membentuk kekuatan bangsa saat ini maupun pada masa yang akan datang. Namun di sisi lain, jika kemajemukan ini tidak dibina secara terus-menerus, maka yang terjadi bukan kemajuan bangsa, melainkan kehancuran. Persoalannya sekarang adalah bagaimanakah cara membangkitkan kembali rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang saat ini telah mulai luntur?
Terkikisnya nilai-nilai toleransi dari masyarakat kita sedikit banyaknya dipengaruhi juga oleh budaya luar. yang sangat bebas sehingga perlahan-lahan mulai menggeser nilai-nilai luhur budaya kita. Globalisasi tidak hanya memberikan keleluasaan terhadap prinsip-prinsip ekonomi saja. Kebebasan telah disalah artikan dengan memberi inspirasi pada kelompok-kelompok tertentu untuk terus-menerus menuntut pemenuhan hak tanpa mempedulikan hak orang lain. Berbuat sekehendak hati, merasa diri dan kelompoknya benar dan orang lain dianggap salah. Berbagai penyimpangan perilaku ini akan terus berkembang jika tidak segera dicari penyelesaiannya.
Potret buram kondisi pemuda saat ini nampak jelas di depan kita. Mungkin ada sebagian putra- putri bangsa ini yang telah mengharumkan nama bangsa di mata dunia lewat berbagai prestasi yang mereka torehkan. Akan tetapi, tidak sedikit pemuda- pemudi bangsa dengan berbagai masalah yang mereka anggap sudah lumrah dan biasa terjadi di kalangan pemuda, seperti tawuran, seks bebas, penyalahgunaan narkoba dan sebagainya. Mereka berlomba- lomba berkiblat pada dunia barat.
Perlunya sikap pendidikan yang bisa menjadikan alat pemersatu bangsa dan membentuk karakter generasi Indonesia yang bisa dilakukan dalam tri pusat pendidikan baik itu dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, karena Majunya sebuah Negara dapat ditinjau dari kualitas pendidikannya, Negara yang memiliki kualitas pendidikan yang baik tentu akan menjadi sebuah Negara yang memiliki nilai luhur dibandingkan dengan Negara lain. Indonesia juga sebagai salah satu Negara yang selalu mengoptimalkan untuk memperoleh nilai luhur tersebut. Keberadaan Indonesia di tengah-tengah Negara lain merupakan salah satu tantangan bagi Indonesia sendiri, artinya Negara Indonesia sendiri pun harus mampu menunjukan kepada dunia bahwa Negara Indonesia mampu memberikan persaingan kepada Negara lain dalam hal pendidikan, kongkritnya Indonesia harus mampu melahirkan generasi cedikia, mandiri dan bernurani yang bisa diterapkan dalam konteks pendidikan karakter. Akan tetapi untuk meraih cita-cita yang luhur tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tidak cukup dengan menjalankan konsep pendidikan yang telah berjalan selama ini.
Tujuan Pendidikan  bangsa Indonesia sebenarnya sudah termaktub dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dilihat dari Undang-undang tersebut terdapat kalimat bahwa tujuan pendidikan menjadikan manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab itu merupakan tujuan dari Pendidikan karakter bangsa Indonesia. Akan tetapi sangat sulit dapat terwujud tanpa adanya rasa kesatuan. Inilah tantangan sebenarnya bagi peran orang tua dan peran guru untuk mensukseskan sistem pendidikan karakter bangsa Indonesia.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010) nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, & Tanggung Jawab. 18 nilai karakter tersebut bisa diimplementasikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat jadi, pentingnya menanamkan nilai karakter terhadap anak itu tidak hanya dari lingkungan sekolah saja tetapi perlunya peran dari orangtua dan masyarakat sekitar agar bisa membentuk generasi yang unggul dan sesuai dengan yang di cita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Jika generasi bangsa indonesia telah memiliki karakter yang sudah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, maka Negara Indonesia bisa dikatakan sebagai Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya yang sesuai dengan apa yang dicita-citakan bangsa yang bersumber pada falsafah pancasila. Karena sesungguhnya generasi muda Indonesia dipandang sebagai suatu identitas yang berpotensial sebagai tongkat estafet dalam membangun bangsa di masa depan agar tidak menyimpang mengikuti arus globalisasi saat ini yang semakin bebas dan sudah keluar dari syariat agama islam. Dengan menanamkan nilai-nilai karakter terhadap generasi muda, diharapkan bangsa ini terselamatkan dari kehancuran di masa depan. Karena itulah, pendidikan karakter bagi generasi muda mempunyai peranan penting untuk tetap menjaga keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam keberagaman budaya yang ada di Indonesia.
 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa permasalahan disintegrasi bangsa, pergeseran nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta lenyapnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, akan dapat diatasi jika bangsa Indonesia kembali pada karakter budayanya sendiri, dengan cara menyiapkan generasi muda sedini mungkin menjadi pribadi-pribadi yang berbudi pekerti luhur serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa. Pentingnya peran para generasi muda untuk memperjuangkan kesatuan dan persatuan bangsa yang sekarang sudah terkontaminasi dari pengaruh luar berbagai perubahan budaya terjadi pada masyarakat Indonesia yang sekarang sudah memandang sebelah mata berbagai keanekaragaman Indonesia. Apabila masyarakat Indonesia terus menerus memandang tanpa adanya rasa kesatuan dan sikap toleransi dalam satu bangsa Indonesia, maka kemungkinan akan terjadi kehancuran dimasa depan. Dan nilai-nilai luhur budaya dan karakter bangsa akan hilang dan tidak sesuai dengan apa yang dicitacitakan. Maka pentingnya pendidikan karakter  terhadap generasi muda sebagai upaya pemersatu bangsa Indonesia.
Melalui pendidikan dan pengembangannya pemuda dan pemudi berkarakter dapat dibangun dengan kualitas tinggi, mentalitas kuat, dan kejujuran yang melekat. Mampu memberikan warna baru dalam merubah perkembangan bangsa ini. Perubahan bukan hanya dalam bidang pedidikan saja, namun di bidang lainnya juga seperti sosial, budaya, ekonomi dan politik kearah perubahan yang lebih baik. Selama matahari masih terbit dari arah timur, selama bumi ini masih dihuni manusia, selama karakter bangsa Indonesia masih terjaga, dan selama pemuda masih tampil di garda terdepan dalam pembangunan bangsa, selama itu pula NKRI tetap jaya.
Keberhasilan penanaman nilai-nilai karakter bangsa terhadap generasi muda telah terbukti jauh sebelum bangsa Indonesia meraih kemerdekaan, yaitu ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Peristiwa Sumpah Pemuda telah menunjukkan bukti nyata bahwa perbedaan etnik maupun agama tidak menjadi penghalang bagi para pemuda waktu itu untuk bersatu demi mencapai cita-cita kemerdekaan. Maka untuk para generasi muda Indonesia dapat mengambil hikmah dari sejarah Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.



SATU TAHUN TIGA BULAN BALADA RASA DI KOTA SANTRI



“Neng asli dari mana?”
“Dari Bandung Bu.”
“Ohh jauh yaa.. kenapa gak kuliah yang di Bandung aja? Kan banyak universitas negeri disana.”
“(Dalam hati duh ini mungkin orang ke 999 yang bertanya kenapa kuliah di tasik kenapa gak di Bandung aja???) Hehe, iyaa udah rezekinya disini Bu, di Tasik.”
“Disini ya di UPI?”
“Iyaa Bu di UPI.”
Sebenarnya, sampai saat ini udah tingkat 2 semester 3, iyaa tingkat 2 kan udah kontrak kuliah hee, jangankan sering sekalipun tidak pernah nyesel buat ngerantau ke Tasikmalaya buat belajar. Satu-satunya yang aku tidak suka adalah karena waktuku pulang yang semakin jarang untuk menemui Ayah dan Ibuku. Cause I am too busy to grow up, until I am forget if they are also grow old.
Sebenarnya bukan tidak mampu, tidak ingin ataupun tidak sempat untuk pulang, tapi suatu hari di tanah kelahiran Ayahku berpesan “Kamu sudah mahasiswa, sudah waktunya belajar mandiri, kalo kegiatan kampus belum tuntas jangan ngerengek pulang-pulang, belajar yang serius disana. Jarak Tasik-Bandung teh bukan Soreang-Banjaran. Kitu saur Ayah teh. Hmmm Soreang-Banjaran? Kalo kurang tahu, temen-temen bisa searching di mbah Google dimana itu Soreang-Banjaran Hehe. Maka dari itu, aku pikir caraku untuk jarang pulang adalah caraku untuk bisa mandiri dan beradaptasi untuk jauh dari kampung halaman.
Hmmm.. Kota Tasikmalaya beserta isinya, siang harinya tidak terlalu panas, malam harinya yang romantis oleh lampu-lampu, ada AP dan MP, Jalan KHZ Musthafa yang tersohor, Tugu Asmaul Husna, Tugu Adipura serta monument lainnya yang indah dan gagah, Gedung Kota Tasikmalaya disingkat GKT tempat para seniman memamerkan karyanya, Car Free Day Tasikmalaya yang ramai, Festival Kota Tasikmalaya yang menggembirakan, Gunung Galunggung anu tiis nan romantis, Nasi Tutug Oncom disingkat Nasi TO disetiap sudut Kota terkhusus Nasi TO Benhil depan kampus tercinta UPI Tasikmalaya yang tidak pernah sepi pengunjung, pondok pesantren tempatnya para ukhti dan akhi, bincang-bincang khasnya orang Tasikmalaya dengan kata “Caliweura”, alun-alun Kota Tasikmalaya dan Lapang Dadaha tempat berkumpulnya para pemuda. Untuk mengemukakan pendapat disertai kegigihan dan keberaniannya dengan menyingsingkan jaket almamater, tempat bertemu dengan banyak orang-orang yang membuka mata dan pikiran saya, dannnnn sampai sekarang membuat saya mencintai Kota Priangan timur ini. Yaaa selain Kota kembang (Bandung) kota kelahiran sendiri tetap Bandung juga juara hihi
Meskipun begitu, kemanapun langkah kaki ini berjalan, kepada rumahlah aku berlabuh. Meski tidak jauh tanah rantaumu, tak mengapa. Bepergianlah. Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China begitulah sabda Rosullullah SAW terhadap umatnya sebagaimana menuntut ilmu itu wajib untuk setiap muslim. Kau juga akan tahu bahwa meme-meme anak kos dan mahasiswa ternyata benar-benar ada ketika kalian merantau meninggalkan kampung halaman untuk berdikari dan belajar. Setidaknya, meskipun kamu tidak bisa menulis untuk dibagikan ke orang banyak, kamu masih bisa membagikan tulisanmu ke dalam program tulisan “Catatan Akhir Tahun” (DEAR ME). Yeahhh hehe
Dear me..  atau mungkin kamu bisa membagikan tulisanmu ke anak-anakmu kelak dan bilang “Dulu Ayah nongkrong berjam-jam di KFC tapi cuma beli mocca float doang biar dapat WIFI dan bisa ngerjain tugas kuliah”. Atau “Ibu dulu puasa diakhir bulan gara-gara gak punya uang”. Atau “Ibu dulu dikosan cuma ada uang Rp 13.000 ribu, waktu itu Ibu gak berani bilang ke orang tua, karena malu harus minta terussss… ehh emang feeling atau ikatan batin orang tua dan anak itu kuat nak, Ibu gak nyangka pas besoknya orang tua Ibu mentransfer uang ke rekening Ibu. Se-misal seperti itu.

1 tahun 3 bulan sudah, saya tinggal dan menuntut ilmu di Kota santri ini. Berkat do’a dan restu kedua orang tua terutama Ibu. Dia tidak pernah lelah mendo’akan anak tunggalnya untuk terus berdikari dan mengejar mimpinya. Karena keberhasilan dan kesuksesan saya hari ini 60% berkat do’a Ibu yang tak pernah henti. Do’a ibu itu seperi do’a para nabi terhadap umatnya, karena langsung Allah SWT perkenankan do’a itu. Masya Allah.. dan tentu jika nanti sudah tidak tinggal lagi disini, saya akan merindukan hal-hal yang hanya ada di Kota resik ini. Jadi, selagi saya masih menikmati suka duka belajar yang meski jauh dari orang tua, I can do that! Karena suatu hari nanti, saya akan bilang pada anak saya, “Ibu dulu kuliah di Tasikmalaya. Apa kamu mau kuliah disana juga?