Tuesday, June 9, 2020

Untukmu, Sang Peneliti Bukunya Djenar






Sore itu, memang kita berbincang seperti biasa. Penuh tanya dan rasa ingin tau yang tinggi. aku suka ketika kamu banyak melontarkan beberapa pertanyaan.

Kata kamu, “tenang aja penuliskan bisa ngembangin kalimat jadi paragraf.”
Terus kalau pertanyaanya bukan kesitu gimana?
“ya jawab aja dari teman dikenalkan, udah sedikit mengenal, dan kuliah sambil kerja.”
“Jawabku “kamu lucu, simple sekali jawabannya”

 Terus berlanjut sampai pada pertanyaan inti

“Jadi bagaimana?”
“Rhaaa.. aku udah dua kali melontarkan pertanyaan yang sama ketiga kali tidak lagi kamu respon aku pilih mundur saja. Cepet lambat itu ukuran manusia. Aku bukan orang yang sering memaksa orang lain untuk suka.”

Arghhhh... kenapa kata terakhir itu slalu terngiang padahal aku paham maksud kamu. Seharusnya aku jawab iya harusnya kita berbincang lebih lama, iya aku mau kita temu kemudian bersua, iya hapus saja akun itu kita pindah ke akun ini saja. Iya aku mau pergi makan disana. Meskipun sesaat, itu akan menimbun utuh rasa penasaranku.

Gadis kecil yang baru kamu kenal, kini masih melanjutkan dan berproses menyelesaikan tugas akhirnya hingga tuntas.

Percayalah, sekeras-kerasnya egoku, aku akan ringkih dihadapan-Nya, Jiwa yang mudah luluh dan berterus terang akan keinginan pada-Nya. Baik-baik disana. Dariku untukmu, dalam semogaku seharusnya kita bisa lebih lama bercerita.



Dari yang menuliskanmu,
Farha, Pelukis Rindu


Bandung, 2020


2 comments:

  1. Kadang akan lebih menyayat ketika kita membaca sambil menghayati, apalagi sambil minum kopi 😁

    ReplyDelete