Sore itu, memang kita berbincang seperti
biasa. Penuh tanya dan rasa ingin tau yang tinggi. aku suka ketika kamu banyak
melontarkan beberapa pertanyaan.
Kata kamu, “tenang aja penuliskan bisa
ngembangin kalimat jadi paragraf.”
Terus kalau pertanyaanya bukan kesitu
gimana?
“ya jawab aja dari teman dikenalkan,
udah sedikit mengenal, dan kuliah sambil kerja.”
“Jawabku “kamu lucu, simple sekali
jawabannya”
Terus
berlanjut sampai pada pertanyaan inti
“Jadi bagaimana?”
“Rhaaa.. aku udah dua kali melontarkan
pertanyaan yang sama ketiga kali tidak lagi kamu respon aku pilih mundur saja. Cepet
lambat itu ukuran manusia. Aku bukan orang yang sering memaksa orang lain untuk
suka.”
Arghhhh... kenapa kata terakhir itu
slalu terngiang padahal aku paham maksud kamu. Seharusnya aku jawab iya
harusnya kita berbincang lebih lama, iya aku mau kita temu kemudian bersua, iya
hapus saja akun itu kita pindah ke akun ini saja. Iya aku mau pergi makan
disana. Meskipun sesaat, itu akan menimbun utuh rasa penasaranku.
Gadis kecil yang baru kamu kenal, kini
masih melanjutkan dan berproses menyelesaikan tugas akhirnya hingga tuntas.
Percayalah,
sekeras-kerasnya egoku, aku akan ringkih dihadapan-Nya, Jiwa yang mudah
luluh dan berterus terang akan keinginan
pada-Nya. Baik-baik disana. Dariku
untukmu, dalam semogaku seharusnya kita bisa lebih lama bercerita.
Dari
yang menuliskanmu,
Farha,
Pelukis Rindu
Bandung, 2020
Kadang akan lebih menyayat ketika kita membaca sambil menghayati, apalagi sambil minum kopi 😁
ReplyDelete👏🏿
ReplyDelete