Tuesday, June 23, 2020

Potret Berbeda






Kopi tak lagi diseduh
Rasa bukan lagi menjadi rangkaian kata
Residu malah menyeruak ke dalam dada
Namun, waktu terus bergulir melaluimu
Dan aku bukan lagi menjadi pusat semestamu

Mulut berkata bukan apa-apa
Tapi hati merasa sebuh potret berbeda
Ego siapa yang memulai?
Aku kira itu sebuah hal kecil saja

Ok, bersikap saja semaumu
Mungkin taakan ada lagi
Mungkin cuman sekedar mengisi waktu luang
Atau cukup cakrawala menjawab
Seharusnya bersua lebih pagi

3 comments:

  1. Aku hanya sebuah kerikil diantara intan permata

    ReplyDelete
  2. Bumantara bisa saja mengirim rinduku untukmu, jika aku mau.
    Maaf, tapi aku tidak ingin melukaimu lagi.
    Biarlah rasa, kita pendam masing-masing.
    Lalu apa lagi? Kita hanya dua insan yang kini tidak saling menggengam hati.

    Tenang sajalah.
    Kau selalu kusimpan rapi dalam kenangan.
    Diam, tak bisa berpindah.
    Walau singgahmu hanya sporadis.

    Hari indah yang dahulu.
    Birunya telah menjadi abu.
    Merahnya telah menjadi marah.
    Dan indahnya, menggiring kita menuju kata pisah.

    Terima kasih, kau pernah hadir.
    Sampai akhirnya kita kembali pada satu kata; nadir.
    Hembusan angin Bandung, memadamkan marah hati.
    Dan kini, kurasa cukup untuk memilikimu.

    Bukan karena aku tak mencintai, tetapi karena mencintaimu lebih dari batas kemampuanmu.
    Maaf.

    ReplyDelete