(Siti Nur Uswatun Hasanah)
Sitinuruswah47@gmail.com
“Neng
asli dari mana?”
“Dari Bandung Bu.”
“Ohh jauh yaa.. kenapa gak kuliah yang
di Bandung aja? Kan banyak universitas negeri disana.”
“(Dalam hati duh ini mungkin orang ke
999 yang bertanya kenapa kuliah di tasik kenapa gak di Bandung aja???) Hehe,
iyaa udah rezekinya disini Bu, di Tasik.”
“Disini ya di UPI?”
“Iyaa Bu di UPI.”
Sebenarnya, sampai saat
ini udah tingkat akhir dan sebentar lagi lulus, jangankan sering sekalipun
tidak pernah nyesel ngerantau ke Tasikmalaya buat belajar. Satu-satunya yang
saya tidak suka adalah karena waktu pulang yang semakin jarang untuk menemui
Ayah dan Ibu. Cause I am too busy to grow
up, until I am forget if they are also grow old.
Sebenarnya bukan tidak
mampu, tidak ingin ataupun tidak sempat untuk pulang, tapi suatu hari di tanah
kelahiran Ayah berpesan “Kamu sudah mahasiswa, sudah waktunya belajar mandiri,
kalo kegiatan kampus belum tuntas jangan ngerengek ingin pulang, belajar yang
serius disana. Jarak Tasik-Bandung teh bukan Soreang-Banjaran. Kitu saur Ayah
teh. Hmm Soreang-Banjaran? Kalo kurang tahu, temen-temen bisa searching di mbah Google dimana itu Soreang-Banjaran Hehe. Maka dari itu, saya pikir
cara untuk jarang pulang adalah cara untuk bisa mandiri dan beradaptasi untuk
jauh dari kampung halaman.
Berkat saran dan pesan
orang tua saya terus belajar dan semangat untuk berprestasi serta menuntaskan
apa yang menjadi tanggung jawab baik itu tugas akademik ataupun tugas organisasi.
Ketika waktu liburan tiba orang lain bersantai ria berbeda dengan saya yang
aktif mengikuti informasi mengenai ajang pemilihan mahasiswa berprestasi UPI
Tasikmalaya. Karena, awal menjadi mahasiswa saya termotivasi dan ingin sekali
mengikuti ajang tersebut. Sampai akhirnya tahap demi tahap saya lalui dari
mulai pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat prodi PGPAUD alhamdullilah dengan
meraih juara 1. Kemudian, ke tahap tingkat kampus alhamdullilah meraih juara 3.
Itulah pengalaman menarik yang dapat saya ceritakan pada keluarga dan akan
slalu terkenang. Meskipun saat ini saya belum bisa memberi mereka secara materi
setidaknya saya memberi kabar dan hal gembira serta membanggakan untuk mereka Ayah
dan Ibu. itulah yang menjadi prinsip saya saat ini.
Hmmm.. mengenai Kota
Tasikmalaya beserta isinya, siang harinya tidak terlalu panas, malam harinya yang
romantis oleh lampu-lampu, ada AP dan MP, Jalan KHZ Musthafa yang tersohor,
Tugu Asmaul Husna, Tugu Adipura serta monument
lainnya yang indah dan gagah, Gedung Kota Tasikmalaya disingkat GKT tempat
para seniman memamerkan karyanya, Car
Free Day Tasikmalaya yang ramai, Festival Kota Tasikmalaya yang
menggembirakan, Gunung Galunggung anu tiis nan romantis, Nasi Tutug Oncom
disingkat Nasi TO disetiap sudut Kota terkhusus Nasi TO Benhil depan kampus
tercinta UPI Tasikmalaya yang tidak pernah sepi pengunjung, pondok pesantren
tempatnya para ukhti dan akhi, bincang-bincang khasnya orang Tasikmalaya dengan
kata “Caliweura”, alun-alun Kota Tasikmalaya dan Lapang Dadaha tempat
berkumpulnya para pemuda. Untuk mengemukakan pendapat disertai kegigihan dan
keberaniannya dengan menyingsingkan jaket almamater, tempat bertemu dengan
banyak orang-orang yang membuka mata dan pikiran saya, dan sampai sekarang
membuat saya mencintai Kota Priangan timur ini. Yaaa selain Kota kembang (Bandung)
kota kelahiran sendiri tetap Bandung juga juara hihi.
Meskipun begitu,
kemanapun langkah kaki ini berjalan, kepada rumahlah aku berlabuh. Meski tidak
jauh tanah rantaumu, tak mengapa. Bepergianlah. Tuntutlah ilmu sampai ke negeri
China begitulah sabda Rosullullah SAW terhadap umatnya sebagaimana menuntut
ilmu itu wajib untuk setiap muslim. Kau juga akan tahu bahwa meme-meme anak kos
dan mahasiswa ternyata benar-benar ada ketika kalian merantau meninggalkan
kampung halaman untuk berdikari dan belajar. Setidaknya, meskipun kamu tidak
bisa menulis untuk dibagikan ke orang banyak, kamu masih bisa membagikan
tulisanmu ke orang-tercinta, atau mungkin kamu bisa membagikan tulisanmu ke
anak-anakmu kelak dan bilang “Dulu Ayah nongkrong berjam-jam di KFC tapi cuma
beli mocca float doang biar dapat WIFI dan bisa ngerjain tugas kuliah”.
Atau “Ibu dulu puasa diakhir bulan gara-gara gak punya uang”. Atau “Ibu dulu
dikosan cuma ada uang Rp 13.000 ribu, waktu itu Ibu gak berani bilang ke orang
tua, karena malu harus minta terussss… ehh emang feeling atau ikatan batin orang tua dan anak itu kuat nak, gak
nyangka pas besoknya orang tua Ibu mentransfer uang ke rekening. Se-misal
seperti itu.
Hampir 4 tahun sudah,
saya tinggal dan menuntut ilmu di Kota santri ini. Berkat do’a dan restu kedua
orang tua terutama Ibu. Dia tidak pernah lelah mendo’akan anak tunggalnya untuk
terus berdikari dan mengejar mimpinya. Karena keberhasilan dan kesuksesan saya
hari ini 60% berkat do’a Ibu yang tak pernah henti. Do’a ibu itu seperi do’a
para nabi terhadap umatnya, karena langsung Allah SWT perkenankan do’a itu.
Masya Allah.. dan tentu jika nanti sudah tidak tinggal lagi disini, saya akan
merindukan hal-hal yang hanya ada di Kota resik ini. Jadi, selagi saya masih
menikmati suka duka belajar yang meski jauh dari orang tua, I can do that! Karena suatu hari nanti, saya akan bilang pada anak saya,
“Ibu dulu kuliah di Tasikmalaya. Apa kamu mau kuliah disana juga?
No comments:
Post a Comment